Ekonomi China tumbuh 3 persen tahun lalu - salah satu yang paling rendah dalam hampir 50 tahun.
Pertumbuhan ekonomi China dihambat oleh kebijakan COVID-19 super ketat yang dipertahankan oleh Presiden Xi, tetapi telah dicabut pada Desember.
Setelah kebijakan itu dicabut, subvarian Omicron yang sangat menular menyebar dengan cepat ke seluruh negeri.
Perkembangan China masih menghadapi tekanan dari penurunan permintaan, gangguan pasokan, dan lemahnya ekspektasi pada ekonomi, kata Komite Sentral CCP dalam sebuah komunike setelah pertemuan besar yang berlangsung tiga hari, menurut kantor berita negara Xinhua.
Maka dari itu, menurut komunike itu, peremajaan nasional harus dipimpin oleh Xi dan Komite Sentral, di samping tata kelola nasional yang sedang menjalani modernisasi.
Dalam komunike itu, Komite Sentral CCP tidak memberi detail langkah apa yang akan dilakukan.
"Penting untuk menerapkan konsep pembangunan baru secara penuh, akurat, dan komprehensif," kata komite terbesar di antara badan-badan pembuat keputusan CCP itu.
Lebih dari 200 anggota Komite Sentral membahas rancangan reformasi terhadap organisasi partai dan negara. Rancangan itu akan ditinjau pada sidang mendatang Kongres Rakyat Nasional, badan legislatif China.
Komite Sentral juga telah menyetujui daftar usulan kandidat pimpinan yang akan direkomendasikan pada pertemuan tahunan parlemen yang sebagian besar akan langsung menyetujuinya juga.
Pertemuan tahunan parlemen akan dibuka di Aula Besar Rakyat di pusat kota Beijing pada Minggu.
Pada pertemuan itu, para anggota parlemen diprediksi menyetujui jajaran jabatan tertinggi di pemerintahan berikutnya di kabinet, yang akan dipimpin oleh perdana menteri baru untuk lima tahun ke depan.
Xi juga dipercaya akan mengamankan masa jabatan ketiganya sebagai presiden, setelah pada Oktober lalu meraih masa jabatan kepemimpinan ketiga sebagai pemimpin tertinggi partai yang melampaui preseden.
Xinhua pada Minggu (26/2) memuji keprihatinan Xi terhadap rakyat dan penghidupan mereka.
"Pemimpin rakyat tidak mengecewakan rakyat, dan ratusan juta orang mencintai pemimpin mereka!" kata kantor berita itu dalam sebuah artikel.
Sumber: Reuters
Baca juga: Ekonomi berbagi China topang momentum pertumbuhan
Baca juga: Pejabat Thailand : Pulihnya ekonomi China dorong pertumbuhan ASEAN
Baca juga: Tinjauan Ekonomi: China masih jadi destinasi populer investasi asing
Penerjemah: Kenzu Tandiah
Editor: Atman Ahdiat
Copyright © ANTARA 2023