Kandahar, Afghanistan (ANTARA News) - Sebanyak sembilan prajurit Afghanistan tewas terperangkap di wilayah yang dikuasai Taliban sesudah bertahan melawan pemberontak tersebut selama hampir sehari, kata seorang komandan angkatan darat negeri itu, Minggu.
Pihak militer sebelumnya menyatakan bahwa empat prajurit lain tewas, 24 cedera dan beberapa lagi hilang setelah serangan Taliban di provinsi bergolak Helmand pada Sabtu (20/5) pagi.
Sembilan dari mereka yang hilang itu kemuidian ditemukan tewas dalam pertempuran sengit di distrik Sangin di provinsi tersebut, kata komandan militer itu dari kawasan tersebut.
"Sembilan prajurit terperangkap di daerah itu. Mereka melawan sampai sekitar pukul empat sore namun akhirnya tewas dibunuh Taliban," kata komandan yang tidak bersedia disebutkan namanya itu.
Sekitar 20 gerilyawan Taliban tewas atau cedera dalam pertempuran itu, kata jurubicara kementerian pertahanan Jendral Mohammad Zahir Azimi kepada AFP, Minggu, namun ia menolak berkomentar mengenai korban di pihak militer Afghanistan.
Gerilyawan Taliban menyerang sebuah konvoi 20 kendaraan militer Afghanistan yang sedang meninggalkan pertempuran lain di Helmand.
Hanya enam kendaraan berhasil melarikan diri, meninggalkan kendaraan-kendaraan yang lain bersama sekitar 50 orang, kata komandan itu, Sabtu, dan ia mengkhawatirkan jumlah korban yang besar.
Serangan itui terjadi di tengah pertempuran hebat selama berhari-hari antara pasukan keamanan dan gerilyawan yang bersekutu dengan Taliban, termasuk di provinsi-provinsi Helmand dan Kandahar yang berdekatan.
Pasukan Afghanistan dan koalisi memperkirakan, sekitar 200 gerilyawan tewas sejak Rabu dan lebih dari 30 orang Afghanistan tewas, sebagian besar dari mereka polisi dan prajurit.
Lima warganegara asing juga tewas, empat diantaranya prajurit.
Taliban digulingkan dari kekuasaan di Afghanistan pada akhir 2001 karena menolak menyerahkan pemimpin jaringan Al-Qaeda Osama bin Laden yang dituduh bertanggung jawab atas serangan-serangan 11 September terhadap kota-kota di AS yang menewaskan sekitar 3.000 orang.
Sejak penggulingan itu, kelompok garis keras tersebut mengobarkan pemberontakan melawan pemerintah baru Afghanistan dan pasukan asing di negara tersebut. (*)
Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2006