Saat ini kita juga sedang mengembangkan Kawasan Ekowisata Pasie Weung yang merupakan tempat penangkaran penyu
Banda Aceh (ANTARA) - Mobil minibus dan kendaraan yang ditumpangi Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Aceh melaju di jalan beraspal berbukitan. Suaranya membelah daerah perbukitan. Tampak pula hamparan laut biru mengelilingi daerah berjarak 16 mil dari Ibu Kota Provinsi Aceh, Banda Aceh.

Tak ada lalu lalang mobil dan kendaraan di sana, selain armada rombongan Disbudpar Aceh yang akan bertandang ke Mercusuar Willem’s Toren III di Gampong (Desa) Meulingge, Kecamatan Pulau Aceh, Kabupaten Aceh Besar.

Medan yang dilalui memang jalan beraspal, namun konturnya ikut menguji sedikit adrenalin karena posisi menanjak dan pasti. Akan tetapi, hal itu terbayarkan dengan pesona alam asri dan pemandangan luar biasa dari ujung Pulo Breuh tepatnya di Mercusuar Willem’s Toren

Mercusuar Willem’s Toren III yang dibangun pada tahun 1875 merupakan salah satu dari tiga mercusuar yang menjadi warisan Belanda di dunia, satu bangunan itu berada di Provinsi Aceh atau tepatnya di Pulo Breuh, Kecamatan Pulo Aceh.

Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Provinsi Aceh berupaya mengembangkan potensi wisata Mercusuar Willem’s Toren III di Gampong Meulingge, Kecamatan Pulau Aceh, Kabupaten Aceh Besar, dengan mewacanakan untuk menerbitkan sertifikat kepada para wisatawan yang berkunjung ke sana.

“Willem’s Toren merupakan salah satu destinasi wisata sejarah yang saat ini masih dirawat dan layak dikunjungi oleh masyarakat dan generasi muda di Tanah Air dan Aceh khususnya. Saya mengajak generasi muda untuk dapat berkunjung dan menyaksikan langsung keindahan alam Pulo Aceh dari ketinggian,” kata Kadisbudpar Provinsi Aceh Almuniza Kamal.

Kunjungan selama 2 hari ke daerah tersebut merupakan bagian untuk memetakan berbagai potensi wisata dan nantinya dikolaborasikan bersama guna menjadikan daerah itu sebagai salah satu destinasi unggulan di Tanah Rencong.

“Kita siap berkolaborasi dengan semua pihak untuk memajukan sektor pariwisata di Pulo Aceh. Kami juga akan ikut berperan untuk meningkatkan pembinaan kepada masyarakat dan pelaku wisata seperti pemilik homestay serta masyarakat di daerah destinasi wisata,” katanya.

Pihaknya juga siap meningkatkan amenitas dan menggelar beragam atraksi apabila akses transportasi dari Banda Aceh ke Pulo Aceh dan akses jalan ke Mercusuar mudah dijangkau para pelancong yang datang ke daerah tersebut.

Baginya potensi yang ada tersebut merupakan salah satu modal yang diberikan oleh sang pencipta, sehingga bagaimana di tangan para pemangku kepentingan dan masyarakat dapat mengotimalkannya demi meningkatkan kesejahteraan dan mendatangkan rezeki yang halal bagi penduduknya.

Kecamatan Pulo Aceh berada di Kabupaten Aceh Besar. Kecamatan yang berada di daerah kepulauan tersebut memiliki 17 gampong yang tersebar di Pulo Nasi dan Pulo Breuh.
 

Pembenahan homestay

Sebagai orang yang mendapat amanah di Dinas Kebudayaan dan Pariwisata, ia menyatakan ketersediaan tempat tinggal atau penginapan bagi tamu menjadi perhatian yang sangat serius dan menjadi penarik bagi pelancong yang akan menghabiskan hari liburnya di sebuah kawasan.

Saat melawat ke Publo Breuh tepatnya di Gampong Gugop, Almuniza dan rombongan telah jauh hari memesan homestay milik warga dan gampong setempat. Pemanfaatan bangunan milik warga setempat tersebut merupakan bagian dari pihaknya memastikan fasilitas yang tersedia dapat memenuhi kriteria diterapkan.

“Artinya, para pelancong yang akan berlibur ke Pulo Aceh tidak perlu khawatir akan penginapan karena saat ini ada homestay yang dapat disewa oleh para tamu yang berkunjung ke Pulo Breuh khususnya,” kata Almuniza.

Pihaknya akan ikut memberikan pelatihan dan meningkatkan kemampuan sumber daya manusia di daerah Pulo Breuh khususnya dalam pengelolaan dan standar yang perlu dipenuhi sebagai sebuah homestay.

“Alhamdulillah untuk tempat penginapan yang kita tempati sangat lumayan dan ini juga akan terus kita lakukan pembenahan dalam upaya memberikan kenyamanan kepada seluruh tamu yang datang berlibur ke sini,” katanya.

Penggiat wisata Pulo Breuh Fauzi menyatakan saat ini ada empat gampong salah satunya Gugop telah memiliki homestay dalam upaya ikut serta mendukung dan mengembangkan pariwisata di daerah itu.

Bagi pelancong yang ingin berwisata ke Pulo Breuh khususnya untuk menikmati pemandangan dari Menara Mercusuar Willem’s Toren III tidak perlu khawatir akan ketiadaan tempat istirahat, karena masyarakat di sana telah menyediakan penginapan dari harga Rp150 ribu sampai Rp200 ribu per malam.

Ada beragam destinasi wisata yang tak boleh dilewatkan saat bertandang ke daerah yang perjalanannya harus melalui kapal nelayan tersebut seperti Pantai Balu, Ujung Peuneut, Lambaro, Goh Cumok, Ujung Peunun, dan yang paling indah yang tak terlewatkan adalah surga tersembunyi di ujung pulau yakni Meulingge.

Selain itu juga ada sport diving dan surfing yang tidak boleh dilewatkan saat bertandang di sana dan yang paling tak boleh dilewatkan saat bulan Agustus adalah melihat langsung penyu langka jenis belimbing bertelur.

“Saat ini kita juga sedang mengembangkan Kawasan Ekowisata Pasie Weung yang merupakan tempat penangkaran penyu. Ini juga menjadi salah satu penarik bagi pelancong untuk datang melihat langsung proses penyu bertelur,” katanya.

Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Aceh Almuniza Kamal berkunjung ke Mercusuar Willem’s Toren III di Gampong (Desa) Meulingge, Kecamatan Pulau Aceh, Kabupaten Aceh Besar
Raih penghargaan 

Pondokan atau homestay Desa Wisata Gampong Nusa, Kabupaten Aceh Besar, meraih penghargaan dari ASEAN Tourism Awards 2023-2025 atau standar kelayakannya sudah diakui oleh beberapa negara tetangga.

"'Homestay kita sudah bisa dikatakan layak dan bisa berstandar ASEAN," kata Keuchik/Kepala Desa Gampong Nusa Yasin.

Penghargaan tersebut diserahkan langsung oleh Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf) Sandiaga Salahuddin Uno kepada Keuchik Gampong Nusa Yasin pada 6 Februari lalu di Yogyakarta.

Yasin menuturkan, bahwa pondokan Gampong Nusa telah lama menerima banyak tamu, baik wisatawan Nusantara maupun mancanegara, seperti Amerika, Malaysia, Brunei Darussalam, dan negara lainnya.

"Pasca-tsunami 2004, masyarakat Gampong Nusa sudah sering menerima tamu dari luar dan menyediakan homestay untuk mereka," katanya.

Saat ini, kata dia, terdapat 45 kamar pondokan di Gampong Nusa yang sebelumnya pada 2021 juga sudah pernah meraih juara pertama Anugerah Desa Wisata Indonesia kategori homestay.

Ke depan, Gampong Nusa diharapkan juga  mampu mendapatkan penghargaan dalam kategori lainnya sehingga semakin banyak wisatawan yang berkunjung ke salah satu desa wisata tersebut.

Disbudpar Aceh terus berupaya agar pondokan di daerah itu terstandarisasi seperti yang telah diraih oleh Gampong Nusa tersebut.

Oleh karena itu, pembinaan dan pengembangan sumber daya manusia akan dilakukan secara berkelanjutan.

Dengan kelebihan dan keunikan pariwisatanya,  kini saatnya wisatawan melancong ke Tanah Rencong.










 

 

Editor: Achmad Zaenal M
Copyright © ANTARA 2023