Kita ingin bangkit lebih kuat. Lebih kuatnya itu juga dengan sistem kesehatan yang lebih kuat yang ke depannya...

Jakarta (ANTARA) - Kementerian Kesehatan (Kemenkes) menyatakan transformasi pada layanan primer ditujukan untuk memperkuat sistem kesehatan Indonesia dalam menghadapi pandemi berikutnya pasca-pandemi COVID-19 melanda.

“Kita ingin bangkit lebih kuat. Lebih kuatnya itu juga dengan sistem kesehatan yang lebih kuat yang ke depannya kita ingin bisa menghadapi situasi (seperti pandemi COVID-19 dengan baik) seperti itu,” kata Direktur Jenderal Kesehatan Masyarakat Kemenkes Maria Endang Sumiwi dalam Siaran Sehat yang diikuti di Jakarta, Senin.

Maria menuturkan bila berkaca dari pengalaman pada awal pandemi COVID-19 melanda, sistem kesehatan di Indonesia belum cukup kuat menghadapi goncangan besar tersebut.

Hal tersebut berdampak pada pertahanan layanan kesehatan dasar bagi masyarakat, misalnya layanan kesehatan dasar seperti posyandu yang semula bisa beroperasi sekitar 60 persen turun jadi 20 persen.

Supaya Indonesia tidak mengulangi kesalahan yang sama pada pandemi berikutnya, yang diduga para ahli semula datang 100 tahun sekali menjadi 50 tahun sekali, Kemenkes kemudian berinisiatif melakukan transformasi sistem kesehatan dengan enam pilar di dalamnya.

Baca juga: Transformasi kesehatan cegah Indonesia jadi negara banyak penyakit

Salah satunya adalah pilar pertama tentang transformasi sistem kesehatan layanan primer. Transformasi itu berfokus pada pembangunan sistem jejaring kesehatan yang ada di Indonesia.

“Kalau dari kementerian sendiri dari sektor kesehatan, itu koordinator wilayahnya adalah puskesmas untuk memberikan kesehatan pelayanan kesehatan dasar. Tetapi puskesmas berjejaring, ada jejaring dengan layanan kesehatan swasta, lalu ada klinik, ada praktik mandiri dokter bidang dan seterusnya,” katanya.

Sementara di tingkat desa ada posyandu dan puskesdes atau polindes juga pustu. Di masa kini Kemenkes berfokus membangun kembali peran posyandu dalam memberikan layanan pada masyarakat.

Hal menariknya, pendekatan yang digunakan adalah sesuai siklus hidup dimana tiap layanan kesehatannya ditata sesuai dengan usia masyarakat mulai dari bayi, balita, remaja, ibu hamil, usia produksi, hingga lansia.

“Dalam transformasi layanan primer akan kita tata supaya lebih sederhana struktur jejaring yang sederhana. Tetapi dengan standar-standar yang kita tetapkan, jadi pelayanan kesehatan primer menata struktur layanan jaringan ini dan juga kualitas sistem layanannya,” kata Maria.

Menurutnya, transformasi sistem kesehatan pada layanan primer juga dilakukan karena Indonesia harus mempertahankan kehidupan masyarakat yang lebih sehat dan produktif.

Baca juga: Kemenkes telusuri daerah terpencil, tingkatkan akses layanan kesehatan

Dengan demikian, pemerintah harus menjangkau orang-orang yang tampaknya sehat dengan kemungkinan telah terjadi perubahan dalam tubuhnya, melalui deteksi dini, misalnya menggunakan teknologi laboratorium dan skrining.

“Jadi pelayanan kesehatan primer itu tugasnya adalah mempertahankan masyarakat hidup sehat dan produktif lebih banyak ke sana. Daripada kuratif supaya masyarakat hidup sehat sejak sebelum lahir sampai dengan mau meninggal,” ujarnya.

Transformasi juga dilakukan untuk memperkuat pencegahan melalui upaya promotif di layanan kesehatan primer guna mengubah perilaku masyarakat untuk hidup lebih sehat.

Di dalam transformasi digitalisasi, pemerintah juga berupaya menghasilkan suatu visualisasi masalah kesehatan di desa yang akan digunakan untuk melakukan intervensi-intervensi kesehatan pada masyarakat.

“Jadi kita akan memperkuat yang disebut dengan local area monitoring atau pemantauan wilayah. Melalui sistem informasi ini atau digital teknologi itu perubahan yang akan diubah ke depan,” ujarnya.

Baca juga: Menkes: BPJS harus didesain baik supaya memberikan layanan yang adil

Pewarta: Hreeloita Dharma Shanti
Editor: Risbiani Fardaniah
Copyright © ANTARA 2023