Jakarta, 1/11 (ANTARA) - Mutiara yang kualitasnya di bawah Standar Nasional Indonesia (SNI) akan menjatuhkan harga mutiara lokal. Oleh karena itu untuk melindungi para produsen mutiara Indonesia, Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) sedang menyusun peraturan menteri tentang pengendalian mutu mutiara yang masuk ke dalam Wilayah Republik Indonesia. Demikian diungkapkan Menteri Kelautan dan Perikanan, Sharif C Sutardjo saat peresmian acara "Indonesian Pearls Festival II - 2012" di Jepara Executive Lounge, Balai Kartini, Jakarta (1/11).
Tahun 2011 produksi mutiara South Sea Pearls (SSP) Indonesia mencapai 6.300 kg (53 %) dari produksi mutiara SSP dunia sebanyak 12.000 kg per tahun. Sebagian besar SSP Indonesia adalah diekspor. Namun demikian, tingginya produksi mutiara belum diikuti dengan peningkatan kualitas mutiara. Akibatnya, harga mutiara Indonesia di pasar dunia masih jauh lebih rendah dibandingkan mutiara asal Australia.
Menurut data UN Comtrade (2012) nilai perdagangan mutiara Indonesia di dunia pada tahun 2011 mencapai US$ 31,8 juta. Angka itu masih jauh dari nilai perdagangan mutiara dunia yang mencapai US$ 1,5 miliar. Tercatat ada 27 perusahaan skala besar dan menengah, 100 pedagang mutiara menggeluti bisnis mutiara saat ini. Selain itu, 5000 usaha kecil penghasil benih mutiara turut terlibat dalam budidaya mutiara. Ada indikasi masuknya mutiara air tawar dari China ke Indonesia dan wilayah produksi mutiara seperti ke Nusa Tenggara Barat, Bali dan daerah lainnya. Hal ini tentu saja mempengaruhi industri mutiara di dalam negeri. Dampaknya cukup besar, dari 86 perusahaan yang bergerak di bidang mutiara di dalam negeri, sekarang sudah berkurang menjadi 27 perusahaan, atau hampir 64% anjlok gara - gara masuknya mutiara air tawar yang harganya jauh lebih murah dibandingkan mutiara South Sea Pearl Indonesia.
DUKUNGAN KKP
Untuk merealisasikan harga mutiara Indonesia, KKP telah melakukan 4 (empat) dukungan. Pertama, pembangunan Broodstock Center kekerangan di Karang Asem, Bali; Kedua, membentuk Direktorat Pengembangan Produk Perikanan Non Konsumsi di bawah Ditjen P2HP KKP; Ketiga, membentuk Komisi Hasil Perikanan Sub Komisi Mutiara Indonesia di bawah koordinasi Ditjen P2HP; dan Keempat, mendorong terbitnya Standar Nasional Indonesia (SNI) mutiara yang sekarang telah terbit (SNI 4989:2011). Terbitnya SNI mutiara (SNI 4989:2011) harus digunakan sebagai dasar dalam menyusun Standar Operating Procedure Grading mutiara dan perlu ditindak lanjuti dengan membuat Indonesia Quality Pearl Label (IQPL).
Mutiara merupakan salah satu komoditas dari sektor kelautan perikanan yang bernilai ekonomis tinggi dan memiliki prospek pengembangan usaha di masa yang akan datang, hal ini dapat dilihat dari peningkatan permintaan perhiasan dari mutiara dan harganya yang terus mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Indonesia merupakan penghasil mutiara south sea pearl yang berasal dari kerang Pinctada maxima baik dari hasil alam maupun dari budidaya, sentra pengembangan Pinctada maxima tersebar di beberapa daerah seperti Bali, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, Sulawesi Utara, Sulawesi Tenggara, Sulawesi Tengah, Maluku, Maluku Utara dan Papua.
Mutiara Indonesia terbagi atas 2 (dua) jenis yaitu mutiara alami dan mutiara budidaya. Namun mutiara alami sulit diprediksi, dan sekarang jarang ditemukan. Sedangkan mutiara hasil budidaya yang banyak diperdagangkan adalah mutiara Akoya, mutiara Tahiti, South Sea Pearl, dan mutiara air tawar (yang banyak terdapat di China dan Jepang). South Sea Pearl Indonesia memiliki keunikan, berupa warna maupun kilaunya yang mempesona dan abadi sepanjang masa, sehingga sangat digemari di pasar internasional, dan biasanya diperdagangkan dalam bentuk loose dan jewelery (perhiasan). Penjualan mutiara dalam bentuk loose dilakukan melalui lelang (auction), baik di pasar domestik maupun internasional.
Sesuai komitmen dari Kementerian Kelautan dan Perikanan yang akan menjadikan event IPF sebagai agenda tahunan, Direktorat Jenderal P2HP bekerjasama dengan Dharma Wanita Persatuan Kementerian Kelautan dan Perikanan (DWP - KKP) dan Asosiasi Budidaya Mutiara Indonesia (ASBUMI) pada Tahun 2012 kembali menyelenggarakan Indonesia Pearls Festival 2012 atau IPF-2, mengangkat tema "Pesona Kemilau Mutiara Indonesia" dengan konsep dan desain acara bertemakan Nusa Tenggara Barat sebagai salah satu penghasil mutiara South Sea Pearls (SSP) di Indonesia. Kegiatan tersebut akan dilaksanakan pada tanggal 31 Oktober s.d 4 November 2012 bertempat di Jepara Executive Lounge, Balai Kartini Jakarta. IPF 2012 diikuti oleh 43 pelaku usaha SSP Indonesia termasuk 9 provinsi penghasil SSP di Indonesia.
Rangkaian kegiatan IPF 2012 ini selain menampilkan mutiara SSP asli Indonesia, juga dirangkaikan dengan kegiatan demo produk mutiara SSP, talkshow pengenalan mutiara SSP, tayangan video mutiara SSP, peragaan perhiasan mutiara SSP oleh finalis Puteri Indonesia dan ibu - ibu DWP - KKP, games memilih mutiara SSP asli, lomba desain perhiasan mutiara, penjualan langsung dan pameran produk perikanan lainnya.
Untuk keterangan lebih lanjut, silakan menghubungi Indra Sakti, SE, MM, Kepala Pusat Data Statistik dan Informasi, Kementerian Kelautan dan Perikanan (HP.0818159705)
Editor: PR Wire
Copyright © ANTARA 2012