Pernyataan itu muncul sebagai reaksi Pistorius yang skeptis atas gencatan senjata di Ukraina yang diusulkan oleh China.
Dia mengaku membaca laporan, yang menurut dia belum dipastikan kebenarannya, bahwa China berencana memasok drone bunuh diri ke Rusia seraya menyerukan rencana perdamaian.
"... jadi saya sarankan untuk menilai China dari tindakannya, bukan kata-katanya," katanya dalam wawancara dengan lembaga penyiaran publik Jerman Deutschlandfunk.
Pistorius mengulangi komentar NATO dan Komisi Eropa pada Jumat yang meragukan kredibilitas Beijing sebagai mediator konflik setelah mengusulkan gencatan senjata.
China menawarkan usulan itu pada Jumat, tepat satu tahun invasi Rusia di Ukraina.
Baca juga: Jerman minta China bersikap tegas soal perang Rusia-Ukraina
Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy menyambut baik sejumlah hal dalam usulan China tersebut.
Namun, dia mengatakan negara yang sedang berperang seharusnya menjadi penggagas rencana perdamaian.
Pistorius menegaskan bahwa Kiev berhak memutuskan kapan dan dengan syarat apa pembicaraan damai dilakukan dengan Moskow.
Hal yang sama berlaku terhadap Semenanjung Krimea di Ukraina yang dicaplok Rusia pada 2014.
"Saya cenderung mengatakan, ya, Krimea adalah wilayah Ukraina dan oleh karena itu harus dikembalikan," kata dia dalam wawancara itu.
"Tetapi sekali lagi: keputusan ini bukan di tangan kita."
Zelenskyy mengatakan pasukan Ukraina pada akhirnya akan mengusir Rusia dari semua wilayah yang mereka rebut, termasuk Krimea.
Sumber: Reuters
Baca juga: Presiden Zelenskyy ingin Ukraina bertemu China
Baca juga: Pemimpin Uni Eropa mungkin kunjungi China pertengahan 2023
Penerjemah: Anton Santoso
Editor: Yuni Arisandy Sinaga
Copyright © ANTARA 2023