Banjarnegara (ANTARA News) - Pemerintah menyiapkan dana sebesar Rp50 miliar selama tahun 2006 dalam rangka program pemberdayaan ekonomi masyarakat pondok pesantren. "Pondok pesantren merupakan kawah candradimuka bagi santri untuk menyiapkan bekal hidup. Alumni pondok pesantren harus punya bekal cukup bukan hanya ilmu agama tetapi juga bekal yang lain setelah yang bersangkutan menyelesaikan studi di pondok pesantren," kata Mennegkop dan UKM Suryadharma Ali. Suryadharma menyatakan hal itu ketika mengadakan silahturahmi dengan ulama dan santri di Pondok Pesantren Tanbihul Ghofilin, Banjarnegara (Jawa Tengah), Sabtu malam. Dana tersebut, jelasnya, diharapkan merupakan dana bergulir yang dapat digunakan secara bergantian oleh sejumlah pondok pesantren. Menurut dia, lulusan Pondok pesantren tidak boleh menjadi masalah atau menambah pengangguran, lulusan pondok pesantren harus menjadi pemecah masalah di masyarakat. Alumni pondok pesantren, katanya, juga harus ikut memikirkan pengembangan ekonomi syariah di tanah air sehingga tidak tertinggal dengan negara-negara tetangga lainnya. "Singapura sudah menyatakan akan menerapkan ekonomi syariah sehingga menjadi perekonomian syariah terbesar di Asia Tenggara. Ini menjadi pemikiran kita di mana kita merupakan negara dengan jumlah penduduk muslim sangat besar," katanya. Menurut Suryadharma, pihaknya memiliki beberapa program yang dapat dimanfaatkan oleh pondok pesantren. Program tersebut antara lain pengembangan ketrampilan perbengkelan dan pengembangan warung serba ada. "Program perbengkelan ini menyangkut bengkel otomotif maupun elektronik. Kami akan memberikan pelatihan dan peralatan. Jika pondok memiliki lahan yang bagus, bisa dibuka bengkel santri yang bisa jadi tempat praktek bagi santri," katanya. Sementara untuk program warung serba ada, jelasnya, hal itu dapat dikembangkan dengan bekerja sama dengan tenaga profesional. "Silahkan pondok pesantren memanfaatkan dana itu, namun kita minta bentuk usahanya adalah koperasi. Dan itu pun merupakan koperasi yang amanah," katanya.(*)
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2006