Jakarta (ANTARA) - Sebanyak empat judul film akan mendapatkan pembiayaan melalui Fintech Securities Crowdfunding (FinsCoin) sebagai solusi alternatif pendanaan dalam upaya mendukung pengembangan perfilman Indonesia.
Baca juga: OJK: Makin banyak masyarakat bantu UMKM via securities crowdfunding
Empat film itu adalah "Mantra Surugana" dengan sutradara Dyan Sunu Prastowo, "The Hole/Bolong" dengan sutradara Hanung Bramantyo, "Tulang Belulang Tulang" dengan Sutradara Sammaria Sari Simanjuntak, dan "Romeo Ingkar Janji" dengan sutradara Emil Heradi.
Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif akan memfasilitasi pembiayaan empat produksi film Indonesia tersebut.
"Besar harapan dari program ini bisa menciptakan ekosistem perfilman yang lebih baik dan tentunya membawa ekonomi kreatif kita yang sekarang nomor tiga dunia bisa meningkat dan membuka peluang usaha dan lapangan kerja," ujar Menteri Pariwisata dan Ekonomi kreatif Sandiaga Uno dalam rilis pers yang diterima, Sabtu.
Hal itu disampaikannya dalam peluncuran “Pembiayaan Proyek Film Perdana melalui Finscoin”, di CGV Grand Indonesia, Jakarta, Jumat (24/2).
Fasilitasi ini merupakan hasil kolaborasi antara Kemenparekraf bersama Bizhare dan Adhya Group. Pembiayaan yang akan diterima oleh empat film tersebut sebesar Rp50 miliar, di mana Rp40 miliar akan didanai oleh Adhya Group dan Rp10miliar akan didanai bersama-sama dengan masyarakat melalui aplikasi Bizhare.
Sandiaga mengapresiasi Bizhare dan Adhya Group yang telah menjadi mitra Kemenparekraf dalam mendukung subsektor perfilman dalam negeri.
Bangkitnya subsektor film Indonesia diharapkan dapat berdampak pada penciptaan lapangan pekerjaan yang lebih banyak. Tercatat subsektor film, animasi dan video sendiri di tahun 2021 menyumbang Rp2,69 triliun pada produk domestik bruto (PDB) Indonesia.
“Sudah saatnya kita menjadi destinasi perfilman dunia dan pencipta produk-produk ekonomi kreatif yang berkelas internasional,” ujar Sandiaga.
Wakil Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Angela Tanoesoedibjo di kesempatan yang sama menambahkan, skema pendanaan ini adalah satu terobosan yang baik, sehingga pendanaan yang selama ini menjadi isu dalam industri film bisa dituntaskan.
Dia menilai, dengan keterlibatan aktif dari masyarakat, maka secara otomatis mereka juga turut serta mempromosikan filmnya sejak awal.
"Ke depannya kita dorong lebih banyak lagi film yang bisa didanai melalui crowdfunding dan terbuka juga untuk IP Financing lainnya seperti musik dan event” kata Angela.
Adapun Deputi Bidang Industri Dan Investasi Kemenparekraf Rizki Handayani mengatakan pembiayaan menjadi salah satu hambatan yang kerap ditemukan para pelaku kreatif di subsektor film.
Meski saat ini permintaan pasar terhadap film lokal semakin meningkat, biaya untuk memproduksi sebuah film tidak sedikit, mulai dari biaya pra-produksi, produksi, hingga pemasaran dan distribusi film.
“Untuk itu, kami di Kemenparekraf mencoba terus mendukung industri perfilman melalui akses pembiayaan alternatif yang dikenal dengan Finscoin. Semoga ini menjadi awal makin tumbuh dan berkembangnya perfilman Indonesia,” kata Kiki.
CEO Bizhare Heinrich Vincent berharap kerja sama ini bukanlah yang pertama tapi akan menjadi kolaborasi yang berkelanjutan bersama dengan pelaku usaha maupun pemerintah.
Untuk masyarakat yang ingin berpartisipasi menjadi investor dalam program ini dapat mengunduh aplikasi Bizhare. Kemudian masyarakat memilih jenis film yang akan diinvestasikan. Laporan keuangan hingga laporan perkembangan bisnis juga telah tersaji di dalam aplikasi tersebut.
Baca juga: Platform urun dana Udana.id siapkan Rp40 miliar bantu UMKM tumbuh
Baca juga: OJK: UMKM himpun dana lewat security crowdfunding Rp412 miliar di 2021
Baca juga: ALUDI apresiasi dukungan OJK untuk skema alternatif pembiayaan UMKM
Pewarta: Fathur Rochman
Editor: Ida Nurcahyani
Copyright © ANTARA 2023