"Pekan ini menandai satu tahun sejak invasi brutal Rusia ke Ukraina. Perang Rusia tidak hanya bertujuan merebut wilayah Ukraina dan merampas kedaulatannya, tetapi juga menghapus identitas nasional dan budayanya," kata Juru Bicara Departemen Luar Negeri AS Ned Price dikutip dari laman resmi kantornya yang dipantau di Jakarta, Jumat.
Price menjelaskan bahwa dukungan yang dinamai "Inisiatif Penanggulangan Warisan Budaya Ukraina" itu diberikan untuk melindungi dan memperbaiki kerusakan pada situs dan koleksi warisan budaya Ukraina menyusul serangan Rusia yang tak henti-hentinya di Ukraina.
Berdasarkan keterangan tertulis, inisiatif tersebut merupakan hasil kerja sama Biro Urusan Pendidikan dan Kebudayaan Departemen Luar Negeri AS (ECA) dengan Kementerian Kebudayaan dan Kebijakan Informasi Ukraina, beberapa NGO Ukraina, dan sejumlah mitra internasional.
Prakarsa itu akan memprioritaskan situs dan koleksi warisan budaya yang terkena dampak langsung perang brutal Rusia di Ukraina.
Inisiatif itu mencakup dukungan untuk berbagai kegiatan pelestarian warisan budaya, seperti dokumentasi situs dan koleksi budaya yang rusak untuk pertanggungjawaban, perlindungan dari kerusakan dan pencurian, stabilisasi darurat situs yang rusak, pengembangan dan penerapan rencana konservasi dan restorasi, koordinasi respons warisan budaya, dan pelatihan khusus.
Wakil Direktur Jenderal Institut Ukraina Alim Aliev, dalam kunjungannya ke Indonesia pada Februari lalu, menyebut terdapat sekitar 550 objek budaya Ukraina yang hancur akibat serangan rudal Rusia.
Tak hanya itu, menurut Aliev, perang juga telah menyebabkan banyak seniman Ukraina meninggalkan negaranya untuk pindah ke negara-negara Eropa dan sejumlah negara lainnya.
Selain situs dan warisan budaya, Rusia juga menggempur tempat ibadah seperti gereja, bahkan rumah sakit, kata Aliev.
Baca juga: UNESCO: Warisan budaya dunia terancam perang di Ukraina
Baca juga: UNESCO nobatkan sup borshch sebagai warisan budaya Ukraina
Pewarta: Shofi Ayudiana
Editor: M Razi Rahman
Copyright © ANTARA 2023