Jakarta (ANTARA) - PT Pertamina Geothermal Energy Tbk atau PGE (kode saham: PGEO) resmi mencatatkan saham perdana di Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta, Jumat, dengan berhasil meraih dana sebesar Rp9,05 triliun.
Adapun, saham PGE dibuka turun 5,14 persen ke posisi Rp830 dari harga awal Rp875 per lembar saham, dengan berada di level tertinggi Rp925 per saham dan level terendah Rp815 per saham. Total frekuensi perdagangan 432 kali dengan volume perdagangan 248,4 juta saham dan nilai transaksi harian Rp21,3 miliar.
“Pelepasan saham perdana atau Initial Public Offering (IPO) untuk mendukung rencana perseroan mengembangkan kapasitas terpasang perseroan sebesar 600 MW (mega watt) hingga 2027 mendatang," ujar Direktur Utama PGE Ahmad Yuniarto.
PGE menargetkan untuk meningkatkan basis kapasitas terpasangnya yang dioperasikan sendiri, dari 672 MW saat ini menjadi 1.272 MW pada tahun 2027, serta untuk mendukung ambisi PGE untuk terus tumbuh dan mengembangkan seluruh value chain dari sumber daya panas bumi Indonesia, sesuai dengan tagline PGE “Energizing Green Future”
Dalam IPO ini, PGE menawarkan ke masyarakat sebanyak 10,35 miliar saham biasa atas nama, yang mewakili 25 persen dari modal ditempatkan dan disetor perseroan, dan ditawarkan dengan harga penawaran Rp875 setiap saham, dengan pelaksanaan Penawaran Umum dari tanggal 20 hingga 22 Februari 2023
Lebih lanjut, perseroan mengalokasikan sebanyak-banyaknya sebesar 1,50 persen dari modal ditempatkan dan disetor penuh setelah Penawaran Umum Perdana Saham atau sebanyak- banyaknya 630,39 ribu saham untuk Program Opsi Pembelian Saham Kepada Manajemen dan Karyawan Perseroan (Management and Employee Stock Option Program (“MESOP”)).
IPO PGE mengalami kelebihan permintaan alias oversubscribed hingga 3,81 kali dari porsi pooling, melampaui target yang telah ditetapkan sebelumnya.
PGE berhasil menarik minat investor domestik maupun multinasional yang berkualitas untuk berpartisipasi dalam IPO PGE.
Beberapa investor domestik dan multinasional yang turut berpartisipasi dalam IPO PGE antara lain Indonesia Investment Authority (INA) dan Masdar, perusahaan clean energy yang berkantor pusat di United Arab Emirates (UAE).
Dalam IPO ini, PGE menunjuk PT Mandiri Sekuritas, PT CLSA Sekuritas Indonesia, dan PT Credit Suisse Sekuritas Indonesia sebagai penjamin pelaksana emisi efek.
Selain itu, PGE juga menunjuk CLSA, Credit Suisse, dan HSBC sebagai international selling agents.
PGE saat ini mengelola 13 Wilayah Kerja Panas Bumi dengan total kapasitas terpasang sebesar 1.877 MW. Rinciannya, kapasitas sebesar 672 MW dikelola langsung (own operation) dan 1.205 MW melalui skema Kontrak Operasi Bersama (Joint Operation Contract).
Adapun, kapasitas PLTP 672 MW yang dikelola langsung oleh PGE berasal dari 6 Wilayah Kerja Panas Bumi, yaitu Kamojang di Jawa Barat 235 MW, Karaha di Jawa Barat 30 MW, Lahendong di Sulawesi Utara 120 MW, Ulubelu di Lampung sebesar 220 MW, Lumut Balai di Sumatera Selatan 55 MW dan Sibayak di Sumatera Utara 12 MW.
Baca juga: Analis kebijakan publik: IPO PGE bisa bangun kepercayaan publik
Baca juga: Pengamat sebut IPO bernilai strategis bagi PGE
Pewarta: Muhammad Heriyanto
Editor: Nurul Aulia Badar
Copyright © ANTARA 2023