Semarang (ANTARA) - Deretan lukisan karya 45 seniman lintas generasi, termasuk karya KH Ahmad Mustofa Bisri yang akrab disapa Gus Mus dipamerkan pada pameran bertema "Seni Agawe Santosa" di Semarang Gallery, Semarang.
"Walisongo", judul lukisan karya Gus Mus yang dipamerkan menggambarkan semacam siluet sembilan tokoh dengan latar belakang hitam yang di media kanvas berukuran 30x50 cm. Lukisan itu dibuat tahun 2013.
"Semarang Gallery mewadahi 45 seniman Yogya dan Jawa Tengah bersekutu mempresentasikan karyanya," kata Seniman Butet Kartaredjasa, di sela pembukaan pameran "Seni Agawe Santosa" di Semarang, Kamis malam.
Butet juga memamerkan lukisan karyanya, yakni berjudul "Wirid Nusantara" yang melukiskan kata "nusantara" secara menyambung dan melingkar dengan beragam ukuran yang terlihat seperti rajah.
Nama-nama besar pelukis, seperti Djoko Pekik, Kartika Affandi, Putu Sutawijaya, dan Nasirun tak ketinggalan memajang karyanya pada pameran yang berlangsung hingga 23 April mendatang.
Namun, memang tidak semua seniman yang memamerkan lukisan berlatar belakang perupa, seperti Ong Hari Wahyu yang lebih dikenal di dunia perfilman atau Agus Noor yang punya nama besar sebagai sastrawan.
Butet menjelaskan bahwa pameran itu mengambil tema "Seni Agawe Santosa" dengan pemaknaan bahwa seni memiliki kekuatan untuk menyejukkan situasi kehidupan bangsa, termasuk situasi politik.
"'Seni Agawe Santosa' juga perlu kita maknai karena tahun ini adalah tahun yang berpotensi menjadi hangat. Mudah-mudahan tidak sampai mendidih karena kita menuju Pilpres 2024," katanya.
Dengan "Seni Agawe Santosa", Butet mengharapkan seni menciptakan kesentosaan dan di hari-hari mendatang bisa menciptakan ketenteraman dan kesejukan bangsa menuju nusantara yang lebih baik.
Kurator pameran "Seni Agawe Santosa" Suwarno Wisetrotomo menjelaskan bahwa pameran itu menggambarkan bertemunya banyak karya lukis dari berbagai genre dan latar belakang seniman.
Menurut dia, seni tidak pernah ada yang memiliki makna absolut, sebab setiap orang memiliki cara tersendiri untuk memahami karya seni. Di situlah terjadi saling memahami dan pengertian.
Dengan adanya saling memahami, saling pengertian, didasari sikap saling respek tanpa ada yang merasa paling benar satu sama lain, lanjut dia, akan tercipta keadaan sentosa atau sejahtera.
"Seni rupa itu membangun saling pengertian antar-orang, menumbuhkan sikap respek antar-orang, dan untuk bersenang-senang. Itulah 'Seni Agawe Santosa'," pungkas Suwarno.
Baca juga: Dipo Alam hadiahi lukisan Shinzo Abe berbatik kepada Kedubes Jepang
Baca juga: 36 seniman pameran seni rupa di arena Festival Lima Gunung
Pewarta: Zuhdiar Laeis
Editor: Indra Gultom
Copyright © ANTARA 2023