Selain itu penumpukan lemak juga mengurangi kerja insulin....
Mengenai kejadian itu, DR. Dr. Mohammad Rudiansyah, MKes, SpPD, K-GH, FINASIM, dosen Ilmu Penyakit Dalam, Fakultas Kedokteran, Universitas Lambung Mangkurat, Banjarmasin, Kalimantan Selatan, menjelaskan dari sisi medis.
Baca juga: Diabetes bisa diawali dari pola makan tinggi karbohidrat
“Ketika seseorang mengonsumsi makanan berlebihan maka bahan-bahan tersebut akan disimpan dalam bentuk lemak sebagai cadangan tenaga. Bila cadangan ini tidak terpakai maka akan tertimbun, menumpuk, sehingga terjadi penumpukan lemak, kemudian berat badan berlebih dan otomatis akan mengganggu kesehatan,” papar Rudi.
Padahal, kata dia, pencernaan tubuh terbatas, kelebihan ini juga terjadi dengan kapasitas tubuh dalam mencerna, kemudian makanan yang banyak juga berisiko meningkatkan kadar gula dalam darah, sementara kelenjar pankreas tidak menghasilkan insulin secara maksimal.
“Ini bisa melebihi kapasitas yang menimbulkan kadar gula meningkat hingga terjadi kencing manis. Selain itu penumpukan lemak juga mengurangi kerja insulin yang menyebabkan terjadi resistensi insulin,” lanjutnya.
Masih dari penjelasan dokter Rudi, makan berlebihan secara terus-menerus menimbulkan kadar kolesterol meningkat dan tubuh berusaha menetralisasi dengan pengeluaran asam empedu, tapi karena berlebihan menjadi overload. Lalu terjadi penumpukan kristal-kristal asam empedu kolesterol, dan terbentuk lah peradangan empedu, batu empedu, juga lemak-lemak bisa menumpuk di mana-mana termasuk di hati.
Tahap berikutnya terjadi perlemakan hati (fatty liver) yang ke depannya dapat menyebabkan gagal hati dan bahkan bisa menjadi kanker hati.
“Penumpukan lemak-lemak tadi juga terjadi di sepanjang dinding pembuluh darah, terjadi plak-plak, atheroskelerosis, risiko serangan jantung, kemudian stroke karena pembuluh darah menyempit,” kata Rudi, yang seorang dokter spesialis penyakit dalam itu.
Problem obesitas, menurut dia, terjadi karena kelebihan berat badan akibat makan porsi besar tadi yang disebut Sindrom Metabolik.
Mengingat dampaknya yang fatal, masih berminat untuk makan brutal? Pikirkan kembali dampak dan risikonya bagi kesehatan!
Baca juga: Rajin makan udang bisa bikin awet muda
Baca juga: Pakar gizi: Sarapan waktu makan paling penting bagi anak
Baca juga: Ternyata "overnutrisi" bisa perparah kanker pada anak
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2023