Secara umum, kondisi ekonomi Indonesia yang masih baik dapat mendukung rupiah untuk tidak melemah terlalu dalam

Jakarta (ANTARA) - Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada akhir perdagangan Kamis meningkat, ditopang oleh kondisi ekonomi Indonesia yang baik.

Kurs rupiah pada Kamis ditutup naik delapan poin atau 0,05 persen ke posisi Rp15.192 per dolar AS dibandingkan posisi pada penutupan perdagangan sebelumnya Rp15.200 per dolar AS.

"Secara umum, kondisi ekonomi Indonesia yang masih baik dapat mendukung rupiah untuk tidak melemah terlalu dalam," kata Ekonom Mirae Asset Sekuritas Rully Arya Wisnubroto saat dihubungi ANTARA di Jakarta, Kamis.

Fundamental ekonomi Indonesia yang baik saat ini mendukung rupiah agar tidak melemah terlalu dalam, seperti ekonomi Indonesia yang mampu tumbuh di tengah ketidakpastian global dan inflasi yang menurun.

"Kalau dilihat secara year to date, rupiah menjadi salah satu mata uang dengan kinerja terbaik, dengan apresiasi 2,4 persen year to date," ujarnya.

Ekonomi Indonesia pada 2022 tumbuh sebesar 5,31 persen, lebih tinggi dibanding capaian 2021 yang mengalami pertumbuhan sebesar 3,7 persen. Dari sisi produksi, pertumbuhan tertinggi terjadi pada lapangan usaha transportasi dan pergudangan sebesar 19,87 persen.

Inflasi Indeks Harga Konsumen (IHK) menurun secara tahunan menjadi 5,28 persen year on year (yoy) pada Januari 2023, dari 5,51 persen yoy pada Desember 2022.

Selain itu, neraca pembayaran Indonesia (NPI) mengalami surplus 4,7 miliar dolar AS pada triwulan IV 2022, meningkat dibandingkan dengan kinerja triwulan sebelumnya yang tercatat defisit 1,3 miliar dolar AS.

Kinerja NPI triwulan IV 2022 tersebut ditopang oleh surplus transaksi berjalan yang tinggi dan perbaikan defisit transaksi modal dan finansial.

Sementara surplus transaksi berjalan 2022 mencapai 13,2 miliar dolar AS atau satu persen dari Produk Domestik Bruto (PDB) dibandingkan dengan surplus 2021 sebesar 3,5 miliar dolar AS atau 0,3 persen dari PDB.

Kinerja tersebut terutama didukung peningkatan ekspor sejalan dengan harga komoditas global yang masih tinggi dan permintaan atas komoditas Indonesia yang tetap baik, di tengah impor yang juga meningkat seiring perbaikan ekonomi domestik.

Posisi cadangan devisa pada akhir Desember 2022 tetap kuat yakni sebesar 137,2 miliar dolar AS atau setara dengan pembiayaan 5,9 bulan impor dan utang luar negeri pemerintah serta berada di atas standar kecukupan internasional.

Namun demikian, Rully menuturkan pergerakan dan pelemahan rupiah ke depan lebih banyak dipengaruhi oleh sentimen global yaitu kekhawatiran pasar bahwa Bank Sentral Amerika Serikat (AS) atau The Fed akan lebih agresif menaikkan suku bunga acuannya.

The Fed diperkirakan agresif terhadap kebijakan suku bunga acuannya karena inflasi di AS yang meski sudah menurun namun masih tetap tinggi, dan masih jauh dari target yang sebesar dua persen. Saat ini inflasi AS masih berada di posisi 6,4 persen.

Rupiah pada pagi hari dibuka menguat ke posisi Rp15.179 per dolar AS. Sepanjang hari rupiah bergerak di kisaran Rp15.176 per dolar AS hingga Rp15.195 per dolar AS.

Sementara itu, kurs Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) Bank Indonesia pada Kamis meningkat ke posisi Rp15.187 per dolar AS dibandingkan posisi sebelumnya Rp15.218 per dolar AS.

Baca juga: Neraca Pembayaran Indonesia 2022 surplus dinilai di luar kenormalan

Baca juga: BI: Surplus transaksi berjalan 2022 capai 13,2 miliar dolar AS

Baca juga: Neraca perdagangan Indonesia catat surplus 33 bulan berturut-turut

Pewarta: Martha Herlinawati Simanjuntak
Editor: Ahmad Buchori
Copyright © ANTARA 2023