Washington (ANTARA News) - Amerika Serikat mempertimbangkan mengirim ratusan tentara cadangannya di Kuwait ke Irak untuk memberi jaminan tambahan keamanan saat Irak menyiapkan pemerintah baru, kata pejabat pertahanan di Washington Jumat. Tentara itu berasal dari pasukan terlatih, siap dan mampu untuk gerak cepat bagi persoalan di Irak atau untuk meningkatkan keamanan bagi tonggak tertentu, kata pejabat tersebut, yang tak mau dikenali dengan alasan belum ada keputusan untuk itu. Ia menyatakan komandan mempertimbangkan mengirim satuan tugas batalyon Angkatan Darat ke Bagdad dan wilayah sekitarnya untuk memperkokoh keamanan. Langkah itu tumpang tindih dengan upaya serupa bulan Maret, saat Amerika Serikat mengirim sekitar 650 tentara ke Irak dari brigade dari Divisi Senjata Pertama di Kuwait. Mereka masih di Irak sebagai bagian dari sekitar 133.000 balatentara negara adidaya tersebut. "Kemungkinan akan ada penangguhan gerakan pasukan," kata pejabat itu seperti dikutip Reuters. Tentara Amerika Serikat tewas di Irak meningkat pada bulan April dan Mei sesudah beberapa bulan menurun. Pejabat negara adikuasa itu memperkirakan peningkatan kekerasan bersamaan dengan pembentukan pemerintah baru Irak. Letnan Jenderal Angkatan Darat Peter Chiarelli, jenderal nomor dua Amerika Serikat dan komandan tertinggi gerakan pasukan di Irak, mengatakan kepada wartawan di Pentagon dari Irak hari Jumat bahwa kekerasan aliran di Irak meningkat dalam dua pekan terahir. Parlemen Irak dijadwalkan bersidang hari Sabtu untuk mensahkan pemerintah Perdana Menteri tertunjuk Nuri Maliki. Amerika Serikat menempatkan sekitar 133.000 serdadu di Irak, yang sehari-hari menderita korban akibat serangan gerilyawan atau yang lain tiga tahun sesudah Presiden Saddam Hussein digulingkan. "Empat tentara divisi Bagdad dan satu juruterjemah Irak tewas sekitar pukul 14.30 waktu setempat (lebih kurang pukul 17.30 WIB) tanggal 18 Mei akibat bom jalanan mengenai kendaraan mereka di baratlaut Bagdad," kata pernyataan Amerika Serikat itu. Bom jalanan merupakan penyebab utama kematian serdadu Amerika Serikat di Irak, tempat lebih dari 2.400 tentara negara adikuasa tewas sejak serbuan tahun 2003. Gerilyawan terdiri atas bagian kecil Arab Suni, yang menguasai Irak di bawah Saddam, bertempur melawan pemerintah pimpinan Syiah dan pendukungnya dari Amerika Serikat.(*)

Editor: Heru Purwanto
Copyright © ANTARA 2006