Jakarta (ANTARA) - Sekitar seribu penampil dari anak-anak hingga lansia, mengenakan kostum tradisional dengan topeng lilin putih dan topi berhias bulu burung unta besar, serta diarak diiringi suara genderang dalam karnaval paling terkenal di Belgia, pada Selasa.
Sepatu kayu mereka berdebam berirama di jalanan berbatu di kota abad pertengahan Binche, sekitar 50 kilometer (30 mil) barat daya ibu kota Belgia, Brussel.
Para penghibur melambai-lambaikan batang pohon willow di udara untuk mengusir roh jahat dan musim dingin.
Sekitar 55.000 pengunjung datang ke kota itu, masing-masing dari tiga hari raya yang berpuncak pada Mardi Gras, kata juru bicara karnaval Patrick Haumont, seperti dilansir Reuters, Rabu.
"Selama dua tahun berturut-turut, tidak ada karnaval karena pembatasan pandemi, dan orang-orang merindukan semua ini, mereka merindukan karnaval, merindukan pesta."
Diiringi sorak-sorai dan tepuk tangan penonton, para penggembira menyusuri jalan-jalan bersejarah dengan membawa keranjang berisi jeruk, melemparkan buah tersebut ke orang-orang yang bersuka ria.
Tradisi yang telah ada sejak sekitar 800 tahun lalu itu, sekarang menjadi bagian dari warisan budaya takbenda UNESCO, karena merupakan salah satu karnaval jalanan tertua di Eropa yang masih ada.
Baca juga: Karnaval di China selatan kembali digelar seiring rebound pariwisata
Baca juga: Menilik berbagai momen menarik dalam ajang Jogja Fashion Carnival 2022
Baca juga: Karnaval Multi Etnis ramaikan Festival Pesona Danau Limboto
Penerjemah: Siti Zulaikha
Editor: Satyagraha
Copyright © ANTARA 2023