Hong Kong (ANTARA) - Saham-saham Asia merosot ke level terendah 47 hari pada perdagangan Rabu, karena meningkatnya prospek kenaikan suku bunga dan ketegangan geopolitik membebani aset-aset berisiko.

Indeks MSCI untuk saham Asia-Pasifik di luar Jepang tergelincir 1,02 persen, menyentuh level terendah sejak 6 Januari.

Indeks Nikkei Jepang berakhir merosot 1,34 persen, kinerja terburuknya dalam sekitar sebulan setelah laporan indeks manajer pembelian Selasa (21/2/2023) menunjukkan sektor manufaktur telah berkontraksi.

Bank Sentral Jepang (BoJ) mengatakan pada Rabu akan melakukan pembelian obligasi darurat, dalam upaya untuk menahan imbal hasil yang tinggi, karena obligasi pemerintah Jepang bertenor 10 tahun menyentuh 0,505 persen untuk sesi kedua berturut-turut, menembus batas 0,5 persen BoJ dan mencapai level tertinggi sejak 18 Januari.

Bank sentral Selandia Baru (RBNZ) menaikkan suku bunga sebesar 50 basis poin ke level tertinggi lebih dari 14 tahun di 4,75 persen. Bank sentral memperkirakan akan terus memperketat kebijakan lebih lanjut untuk memastikan inflasi kembali ke kisaran targetnya dalam jangka menengah.

Wall Street membukukan kinerja terburuknya tahun ini pada Selasa (21/2/2023), dengan pembacaan kuat yang tak terduga dari PMI komposit S&P Global yang menunjukkan ekonomi AS belum mendingin.

"Ini mengkhawatirkan pasar bahwa bank sentral harus menaikkan suku bunga lebih banyak untuk mengekang inflasi," kata Kerry Craig, ahli strategi pasar global JPMorgan Asset Management.

"Saya pikir kekhawatiran yang lebih besar saat ini adalah seputar prospek laba dan seberapa banyak yang benar-benar akan turun dari sini ... melawan ketidakpastian seputar kemungkinan resesi di AS."

Presiden Rusia Vladimir Putin menyampaikan peringatan kepada Barat atas Ukraina dengan menangguhkan perjanjian pengendalian senjata nuklir besar terakhirnya dengan Amerika Serikat. Menteri Luar Negeri AS mengatakan langkah Putin "sangat disayangkan dan tidak bertanggung jawab".

"Ini (penangguhan pakta nuklir) telah memicu kekhawatiran eskalasi berikutnya, mengundang tanggapan dari Presiden Biden di Polandia yang mengatakan bahwa Rusia tidak akan pernah memenangkan perang dan menjanjikan lebih banyak dukungan ke Ukraina," kata tim strategi APAC Saxo Markets dalam catatan klien.

"Fokusnya sekarang pada China yang perlu mendukung kata-kata perjanjian damainya dengan tindakan setelah dituduh memasok senjata ke Rusia."

Indeks acuan saham-saham unggulan China turun 0,90 persen, indeks Komposit Shanghai merosot 0,47 persen dan indeks Hang Seng Hong Kong juga turun 0,47 persen.

Indeks S&P/ASX 200 Australia kehilangan 0,3 persen pada Rabu, jatuh untuk sesi kedua berturut-turut dan menyentuh level terendah dalam lebih dari sebulan karena ekspektasi kenaikan suku bunga.

Imbal hasil obligasi pemerintah AS 10-tahun menyentuh 3,966 persen, tertinggi sejak November, sebelum turun menjadi 3,948 persen pada Rabu.

Indeks dolar datar, tetapi para analis memperkirakan kenaikan suku bunga akan mengangkat dolar, melukai ekuitas pasar negara-negara berkembang yang diuntungkan dari jatuhnya dolar.

Minyak mentah AS terpangkas 0,46 persen menjadi diperdagangkan di 76,01 dolar AS per barel, dan Brent melemah 0,37 persen menjadi diperdagangkan di 82,74 dolar AS per barel.

Baca juga: Wall St jatuh terseret kekhawatiran suku bunga lebih tinggi lebih lama
Baca juga: Ekuitas Asia jatuh, khawatir bank sentral terus naikkan suku bunga
Baca juga: Harga minyak stabil di awal sesi Asia, investor tunggu komentar Fed AS

Penerjemah: Apep Suhendar
Editor: Biqwanto Situmorang
Copyright © ANTARA 2023