Jakarta (ANTARA) -
"Pemprov DKI Jakarta melalui Dinas LH (Lingkungan Hidup) harus lebih fokus dan berani melakukan terobosan-terobosan dalam penanganan sampah DKI Jakarta," kata Dwi Rio saat dihubungi di Jakarta, Selasa.
Terobosan-terobosan yang musti dilakukan, kata dia, terutama dengan memberikan sosialisasi dan edukasi tentang mengurangi, memilah maupun mengolah sampah dari hulu atau rumah.
Menurut Dwi Rio, dengan rata-rata produksi sampah per hari sebesar itu, bahkan di Maret 2022 mencapai 7.800 ton per hari, fasilitas pengelolaan sampah di dalam kota seperti Intermediate Treatment Facilities (ITF) berskala cukup besar dibutuhkan.
Fasilitas ITF yang merupakan bagian dari "masterplan" pengelolaan sampah di DKI Jakarta, menurut dia, dapat mengurangi ketergantungan DKI pada Tempat Pengelolaan Sampah Terpadu (TPST) Bantargebang.
"ITF merupakan bagian dari 'masterplan' pengelolaan sampah Provinsi DKI Jakarta 2012-2032," katanya.
Baca juga: Sudin LH Jakbar sosialiasi pengurangan penggunaan plastik di sekolah
Fasilitas ini akan dibangun di empat lokasi berbeda, yaitu di Sunter, Marunda, Cakung dan Duri Kosambi. "Keberadaan fasilitas ini dapat mengurangi ketergantungan DKI Jakarta dengan TPST Bantargebang," ujar Rio.
Sebelumnya, Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI menyebutkan Jakarta menghasilkan 7.500 ton sampah per hari. Sampah sebanyak itu sudah sangat menyulitkan bagi Jakarta.
Produksi sampah sempat turun saat pandemi COVID-19. Namun dikhawatirkan naik lagi setelah pandemi.
Pewarta: Ricky Prayoga
Editor: Sri Muryono
Copyright © ANTARA 2023