Jakarta (ANTARA) - Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA) Bintang Puspayoga mengapresiasi kegigihan para perempuan penyintas yang tergabung dalam kelompok penyintas Asmarandhana di Semarang, Jawa Tengah, agar berdaya secara ekonomi.
"Kelompok Asmarandhana yang saya kunjungi adalah bukti ketekunan dan kemauan belajar yang tinggi dari para perempuan penyintas kekerasan dalam rumah tangga dan perempuan yang memiliki anak berkebutuhan khusus. Kegigihan mereka untuk bisa mandiri, bisa kita lihat dari hasil anyaman kulit untuk bahan baku ekspor produk fesyen lokal Rorokenes," kata Bintang Puspayoga dalam keterangan, Selasa.
Baca juga: Menteri Bintang: Rumah SAPA untuk korban kekerasan dan TPPO
Kelompok subsisten/penyintas yang dibina oleh Bank Indonesia ini sejalan dengan strategi Kementerian PPPA dalam menyasar kelompok perempuan rentan.
Menteri Bintang Puspayoga pun memberikan apresiasi kepada Bank Indonesia yang bekerja sama dengan Pemprov Jawa Tengah dan Pemkot Semarang atas kepeduliannya terhadap kelompok perempuan penyintas ini.
Baca juga: Kementerian PPPA beri perhatian serius untuk pelaku usaha perempuan
"Kami tidak dapat bekerja sendirian. Kekuatan kita adalah bersinergi dan berkolaborasi seperti yang sudah dicontohkan oleh Bank Indonesia. Kekuatan kita adalah pada saling mendukung satu sama lain. Semoga program ini bisa direplikasi oleh institusi lain sehingga semakin banyak perempuan rentan bisa diberdayakan," ujar Menteri Bintang.
Bintang Puspayoga menegaskan bahwa perempuan dapat membawa perubahan positif yang besar.
"Kementerian PPPA mendapat amanat yang tertuang dalam lima arahan Presiden di mana amanat pertama adalah meningkatkan pemberdayaan perempuan dalam kewirausahaan yang berperspektif gender," kata dia.
Baca juga: Menteri PPPA gandeng Srikandi PLN berdayakan perempuan penyintas KDRT
Hal tersebut, menurut Bintang, merupakan pengakuan atas potensi perempuan untuk bisa mandiri, menghasilkan perubahan positif yang signifikan, dan mendorong perekonomian bangsa.
Pewarta: Anita Permata Dewi
Editor: Bambang Sutopo Hadi
Copyright © ANTARA 2023