Sragen (ANTARA) - Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo menyerahkan bantuan hibah keagamaan tahun anggaran 2023 total sebesar Rp434 miliar kepada kelompok guru atau pengajar agama, rumah ibadah, bantuan operasional sekolah, dan lembaga pendidikan agama.
"Ini rutin kami berikan tiap tahun. Ada kelompok guru agama, tadi yang hadir ada Hindu, Kristen, Islam, sedangkan agama lainnya belum bisa hadir. Kemudian untuk rumah ibadah yang memang di kelompok kesra ini cukup banyak ya, tentu saja kami harapkan bisa memberikan insentif kepada mereka, tidak banyak, tetapi inilah bentuk perhatian yang kami berikan,” katanya di Kabupaten Sragen, Jateng, Senin.
Hal tersebut disampaikan Ganjar usai arahan dan penyerahan bantuan secara simbolis di Pondok Pesantren Hidayatul Muhtadin, Klandungan, Kecamatan Ngrampal, Kabupaten Sragen.
Baca juga: Pemprov Jateng serahkan bantuan Rp107 miliar untuk 2.201 lembaga agama
Bantuan hibah yang rutin diberikan setiap tahun itu terdiri atas bantuan Insentif Pengajar Keagamaan senilai Rp277.066.000.000 yang disalurkan kepada 230.830 orang, bantuan operasional sekolah daerah (Bosda) Madrasah Aliyah (MA) senilai Rp27.404.150.000 kepada 182.361 siswa.
Kemudian, hibah bidang keagamaan senilai Rp30.486.700.000 untuk 790 lembaga, serta hibah bidang pendidikan keagamaan senilai Rp99.046.000.000 untuk 2.256 lembaga.
“Total Rp434 miliar, itu ada untuk bangunan, ada bosda, sarpras, insentif, untuk semua. Jumlah ini meningkat dari tahun sebelumnya karena beberapa insentif untuk guru keagamaan itu ternyata bertambah jumlahnya," ujar Ganjar.
Menurut Ganjar, pemberian insentif kepada pengajar atau guru agama itu merupakan bentuk apresiasi sebab guru agama telah menjadi agen yang mengajarkan kedamaian, kebaikan, toleransi, serta mendidik budi pekerti anak-anak.
Baca juga: Ribuan pengajar keagamaan di Purbalingga-Jateng terima insentif
Hal itu, lanjut dia, merupakan nilai-nilai yang sangat bagus dalam konteks menjaga harmoni kebhinnekaan serta moderasi umat beragama.
"Tadi dalam simulasi saya ngobrol sama anak-anak itu, ternyata anak-anak kita itu ingin mendapatkan juga nilai-nilai ajaran yang bisa membikin mereka rukun, toleransi. Harapan kami pada guru-guru ini nantinya juga akan mengajarkan hubungan beda agama, juga nilai hubungan antarmanusia,” katanya.
Dengan demikian, depan akan bisa menjadi warga yang rukun, punya nilai-nilai yang sangat bagus sehingga berteman dengan yang beda suku, agama, ras semua sudah terbiasa, bukan kemudian mereka saling mengelompokkan diri dan saling memusuhi.
“Ini harapan kami di balik pesan-pesan itu," ujarnya.
Baca juga: Pemkot Kediri alokasikan Rp10 miliar untuk bantuan keagamaan
Program insentif guru atau pengajar agama ini sudah berjalan di Jawa Tengah sejak 2019, di mana setiap tahun jumlah pengajar penerima insentif terus meningkat dan berasal dari berbagai agama misalnya pengajar Madrasah Diniyah, pondok pesantren, dan TPQ untuk agama Islam, pengajar di sekolah minggu untuk Kristen/Katolik, Pasraman untuk agama Hindu, dan Vijjalaya untuk agama Buddha.
Pewarta: Wisnu Adhi Nugroho
Editor: Bambang Sutopo Hadi
Copyright © ANTARA 2023