Manila (ANTARA) - Filipina dan Amerika Serikat membahas patroli bersama penjaga pantai, termasuk di Laut China Selatan, kata seorang pejabat Filipina pada Senin.

Dengan klaim kedaulatan yang tumpang tindih di Laut China Selatan yang strategis itu, Filipina telah memperbanyak pernyataan atas "kegiatan agresif" China di wilayah perairan itu.

Laut China Selatan selama ini juga menjadi titik pemicu ketegangan antara China dan AS mengenai operasi angkatan laut.

Jay Tarriela, juru bicara Pasukan Penjaga Pantai Filipina (PCG) untuk isu Laut China Selatan, mengatakan kepada CNN Filipina bahwa pembicaraan dengan AS telah menyelesaikan tahap awal.

Hasil dari diskusi itu menunjukkan bahwa patroli gabungan di Laut China Selatan sangat mungkin akan dilakukan.

Namun, Tarriela tidak mengungkapkan rincian tentang seberapa besar atau kapan patroli gabungan itu akan dilakukan.

Baca juga: Filipina dan AS akan gelar latihan militer gabungan terbesar

Sebelumnya, Pentagon mengatakan bahwa AS dan Filipina telah sepakat untuk memulai kembali patroli maritim bersama di Laut China Selatan.

"Terdapat kemungkinan yang jelas karena Kementerian Pertahanan AS juga mendukung patroli bersama antara Angkatan Laut Filipina dan Angkatan Laut AS, sehingga ada kepastian untuk patroli-patroli bersama khusus antara pasukan penjaga pantai kedua negara tersebut," ungkap Tarriela.

Menurut Tarriela, patroli bersama itu mungkin akan dilakukan di Laut China Selatan untuk mendukung kebebasan navigasi Pemerintah AS.

Rommel Jude Ong, mantan Wakil Komandan Angkatan Laut Filipina, pada Senin mengatakan bahwa gagasan pengerahan penjaga pantai di Laut China Selatan alih-alih angkatan laut akan mengurangi dampak kekeliruan sekaligus mencegah China mencari-cari alasan guna meningkatkan ketegangan di kawasan perairan itu.

Baca juga: Filipina minta China hentikan provokasi setelah kapal diganggu laser

Pada awal Februari, PCG menuduh sebuah kapal Penjaga Pantai China menggunakan laser militer untuk mengganggu misi mengirimkan pasokan kepada tentara Filipina yang ditempatkan di sebuah atol di Laut China Selatan.

Penggunaan laser itu sempat menyilaukan sejumlah awak kapal PCG.

Tindakan ini menyebabkan Jepang, Australia, dan AS menyampaikan kekhawatiran mereka, sementara China membantah laporan PCG itu.

Presiden Filipina Ferdinand Marcos Jr. pekan lalu sudah memanggil duta besar China untuk menyampaikan keprihatinannya atas frekuensi dan intensitas aktivitas China di Laut China Selatan.

Sumber: Reuters

Baca juga: Soal laser militer, China dan Filipina tempuh jalur diplomatik

Penerjemah: Kenzu Tandiah
Editor: M Razi Rahman
Copyright © ANTARA 2023