Kami mendorong agar 514 kabupaten/kota melakukan bedah onkologi

Jakarta (ANTARA) - Menteri Kesehatan RI Budi Gunadi Sadikin menganjurkan seluruh lapisan masyarakat untuk melakukan deteksi dini atau skrining kesehatan secara berkala untuk pengendalian kasus di Indonesia.

“Kanker itu dapat dikendalikan, angka survival ratenya tinggi, tapi syaratnya harus deteksi dini. Sekitar 90 persen bisa dikendalikan, kalau ditemukan pada stadium lanjut maka 90 persen akan meninggal,” kata Budi Gunadi Sadikin dalam keterangan tertulis di Jakarta, Senin.

Di Indonesia, sebagian besar pasien yang memeriksakan diri saat kanker sudah dalam stadium lanjut. Akibatnya 90 persen kasus tidak mendapatkan penanganan yang optimal yang berakhir pada kematian.

Budi mengatakan, faktor penyebab kanker beragam, di antaranya masyarakat takut untuk melakukan pemeriksaan karena khawatir keterbatasan dana.

Baca juga: YKI: Periksakan feses setahun sekali untuk deteksi kanker usus besar

Baca juga: Dokter: Masyarakat menggerakkan skrining deteksi dini kanker paru

Selain itu, ada keterbatasan peralatan sehingga belum banyak fasilitas kesehatan, utamanya di daerah, yang mampu melakukan skrining kanker, serta kurangnya tenaga kesehatan yang berkompeten.

Ketiga faktor tersebut kini tengah menjadi fokus Kementerian Kesehatan untuk direformasi. Reformasi dilakukan dengan melakukan transformasi kesehatan layanan rujukan yang merupakan pilar kedua transformasi kesehatan.

Dari sisi pembiayaan, Menkes menyebutkan bahwa saat ini skrining kanker sudah ditanggung BPJS Kesehatan, sehingga masyarakat bisa memanfaatkannya secara gratis di fasilitas pelayanan kesehatan.

“Misalnya untuk kanker kolorektoral, sekarang untuk laki-laki usia di atas 50 tahun sudah bisa melakukan deteksi dini gratis di fasyankes,” ujarnya.

Kemudian dari segi peralatan medis, Kemenkes berupaya memenuhinya berdasarkan jenis kanker yang paling banyak diderita masyarakat.

Kemenkes berupaya memenuhi alat deteksi dini untuk penanganan kanker pada wanita, pria maupun anak, seperti mammografi dan USG di 514 kabupaten/kota untuk deteksi dini kanker payudara dan kanker serviks pada perempuan.

Selain itu, Kemenkes juga terus memenuhi kebutuhan CT Scan di 514 kabupaten/kota untuk deteksi dini kanker kolorektoral pada laki-laki, serta pemenuhan 10.000 hematoanalyser untuk mendeteksi kelainan darah putih pada anak-anak.

“Kanker payudara paling banyak diderita perempuan, kami sudah memasang 6.000 USG, mudah-mudahan 10.000 USG bisa kami penuhi tahun ini. Kedua ada serviks, kami sudah wajibkan vaksinasi HPV dan testingnya nanti kami geser dari tes IVA dan papsmear ke HPV DNA, ini untuk pencegahan,” katanya.

Selain upaya preventif melalui skrining kesehatan, Kemenkes juga mendorong seluruh daerah mampu melakukan perawatan dan pengobatan kanker, mengingat banyak pasien yang melakukan pemeriksaan sudah dalam stadium lanjut.

“Kami mendorong agar 514 kabupaten/kota mampu melakukan bedah onkologi dan kemoterapi serta 34 provinsi bisa melakukan radioterapi," katanya.

Selanjutnya dari segi tenaga kesehatan, Menkes berupaya mempercepat pemenuhan tenaga kesehatan yang bermutu dan berkualitas di seluruh fasyankes di Indonesia melalui beberapa program khusus seperti pengiriman dokter spesialis adaptan luar negeri, penugasan khusus, dan program pengampuan.

Perhimpunan Onkologi Indonesia (POI) sebagai salah satu organisasi profesi yang dekat dengan layanan ini diminta Menkes untuk membantu pemerintah dalam penyediaan tenaga kesehatan yang dibutuhkan.

Sementara itu, Ketua Umum Perhimpunan Onkologi Indonesia (POI), Cosphiadi Irawan mengatakan sekitar 10 juta penduduk dunia meninggal akibat kanker pada 2020.

Dari tahun ke tahun, jumlah ini dilaporkan terus meningkat. Pada 2023 diperkirakan ada sekitar 13 juta kematian akibat penyakit berbahaya itu.

Cosphiadi menambahkan, tingginya angka kematian kanker tersebut disebabkan oleh pola hidup yang kurang sehat seperti konsumsi makanan cepat saji, kurang aktivitas fisik, merokok, dan minum alkohol.

Kebiasaan buruk tersebut, diperparah dengan rendahnya kesadaran masyarakat untuk melakukan deteksi dini.

Pada stadium awal, kanker tidak menunjukkan gejala, sehingga seringkali tidak disadari oleh penderita. Akibatnya banyak kasus kanker yang terdeteksi pada stadium lanjut, katanya.

“Kebiasaan ini menyumbang hingga 30 persen kasus. Karena itu, deteksi dini sangat penting untuk pencegahan,” katanya.

Ia pun berharap upaya pemerintah untuk memperkuat deteksi dini penyakit kanker, dapat menekan jumlah kesakitan dan kematian akibat kanker.

“Di puskesmas nantinya akan ada 10.000 USG yang akan digunakan untuk deteksi dini kanker payudara, sehingga delay of diagnosis harapannya bisa dikurangi,” katanya.

Baca juga: Skrining genom dapat deteksi kelainan pada janin

Baca juga: Skrining kanker paru disarankan pada kelompok berisiko tinggi

Pewarta: Andi Firdaus
Editor: Zita Meirina
Copyright © ANTARA 2023