Gorontalo, (ANTARA News) - Kondisi sejumlah warga yang ada di Desa Bumela, Kecamatan Boliyohuto, Kabupaten Gorontalo, saat ini sangat memprihatinkan karena terserang penyakit gatal-gatal, timbul bintik hitam di hampir seluruh tubuh dan kaki penderita mengecil, muka pucat serta kurus. Kepala Desa Bumela, Latif A Puti ketika ditemui ANTARA Jumat (19/5), mengatakan bahwa saat ini ada sekitar 25 orang warganya yang terkena penyakit gatal-gatal disertai dengan sesak napas. "Rata-rata warga yang sakit tersebut tinggal di kompleks areal pertambangan Emas, dan menggunakan air untuk keperluan hidup dari sungai Totopo," kata Puti. Menurut dia, penyakit tersebut muncul dan diderita oleh warga sejak beberapa tahun lalu bahkan sudah 4 orang warga yang meninggal masing-masing Hadija Kelo (60), Meninggal tahun 2002, Ismail Kelo (55) meninggal 2005, Aisa Yantoni (65) meninggal 2006 serta Yusuf Darise meninggal 2006 lalu. "Semua korban yang meninggal, terserang dengan penyakit gatal-gatal disertai bintik hitam ditubuh dan sesak panas serta badan kurus," kata Puti sambil menambahkan bahwa saat ini seorang warga Wasniawati Tune kondisi sangat memprihatinkan dan telah mendapat perawatan di rumah sakit Sejumlah sumber mengatakan bahwa sakit dan meninggalnya beberapa warga Desa Bumela, diduga akibat adanya kegiatan pertambangan emas rakyat diwilayah tersebut yang telah berlangsung sejak tahun 1994. Para korban umumnya menderita penyakit misterius ditandai timbulnya gejala gatal-gatal pada kulit disertai bercak-bercak Hitam diseluruh tubuh, badan menjadi kurus kering dan lemah dosertai keluhan para saluran pernapasan. Maulana salah seorang warga Desa Bumela ketika ditemui mengatakan, dikawasan wilayah tersebut sejak tahun 1994, telah berlangsung kegiatan pertambangan emas secara tradisional oleh masyarakat, yang memanfaatkan sebagian bekas lahan eksplorasi PT New Crest Nusa Sulawesi. "Kegiatan tersebut sangat ramai pada tahun 1996 hingga 1999, jumlah penambang mencapai 10 ribu orang," kata Maulana seraya menambahkan bahwa saat ini jumlahnya tinggal 150 orang. Dia mengatakan bahwa saat ini dua perusahaan yang sedang beroperasi mengolah limbah emas di Desa Bumela, yakni UD Rahmat Mulia Bersama yang beroperasi sejak Nopember 2005 dan perusahaan milik salah seorang warga, beroperasi sejak awal tahun 2006. Menurut dia, perusahaan dalam mengolah lombah emas telah menggunakan bahan kimia yakni Mercuri, potassium sianida, karbon, kapur, dan kostik, yang semuanya diperoleh dari Manado Sulawesi Utara. "Perusahaan mendatang bahan-bahan tersebut, dengan cara memesan di Manado serta Ratatotok, lokasi PT Newmont Minahasa Raya)," kata Maulana. (*)
Copyright © ANTARA 2006