Munich (ANTARA) - Perdamaian di seluruh Selat Taiwan harus dipertahankan melalui penolakan tegas terhadap kekuatan separatis "kemerdekaan Taiwan" dan kepatuhan teguh pada prinsip Satu China, kata seorang diplomat senior China di Munich, Jerman, Sabtu (18/2).

Menurut mantan Menteri Luar Negeri China Wang Yi, prinsip Satu China juga sudah menjadi konsensus masyarakat internasional.

Pernyataan tersebut disampaikan oleh Wang Yi, yang juga Direktur Kantor Komisi Urusan Luar Negeri Komite Sentral Partai Komunis China (CPC), saat menjawab pertanyaan seputar Taiwan usai menyampaikan pidato utama dalam Konferensi Keamanan Munich (Munich Security Conference/MSC) ke-59.

Wang, yang juga merupakan anggota Biro Politik Komite Sentral CPC, mengatakan bahwa Taiwan telah menjadi bagian dari China sejak zaman kuno.

Selain itu, kata dia, Taiwan tidak pernah menjadi negara dan tidak akan pernah menjadi negara, yang merupakan status quo sebenarnya dari persoalan Taiwan.

"Bukan kami yang ingin mengubah status quo ini, melainkan kekuatan separatis 'kemerdekaan Taiwan'," ujar Wang.

Aksi "kemerdekaan Taiwan", menurut dia, tidak sesuai dengan upaya perdamaian dan stabilitas di seluruh Selat Taiwan, dan hal itu seperti "api dan air".

Mengingat semua pihak menekankan pentingnya menjaga kedaulatan dan integritas teritorial dalam isu Ukraina, prinsip ini juga harus dipatuhi dalam masalah Taiwan, kata Wang

Wang pun menuturkan bahwa kedaulatan dan integritas teritorial China harus ditegakkan dengan tegas, dan standar ganda tidak boleh dilibatkan dalam isu-isu utama.

MSC tahun ini dibuka pada Jumat (17/2) dan akan berlangsung hingga Minggu (19/2), dengan partisipasi sekitar 150 pejabat senior, termasuk lebih dari 40 kepala negara dan pemerintahan.

Konferensi Keamanan Munich (MSC), yang juga diikuti oleh para pemimpin organisasi internasional itu, diadakan untuk membahas berbagai tantangan dan masalah keamanan global yang mendesak.

Pewarta: Xinhua
Editor: Yuni Arisandy Sinaga
Copyright © ANTARA 2023