Jakarta (ANTARA News) - Wakil Presiden Jusuf Kalla mengatakan nilai tukar rupiah yang melemah ke posisi Rp9.000an per dolar AS adalah hal yang biasa-biasa saja, karena rupiah terlalu kuat jika berada di posisi 8.800 per dolar AS.
"Saya kira rupiah tidak jatuh, rupiah kembali ke asalnya. Kalau 8.800 terlalu kuat rupiah itu, eksportir bisa susah. Jadi kalau kembali ke 9.000an itu biasa-biasa saja," kata Wapres usai shalat Jumat di masjid Istana Wapres Jakarta, Jumat.
Menurutnya, pelemahan rupiah belakangan ini setelah sempat menguat hingga 8.710 per dolar AS adalah risiko dari sistem devisa bebas yang dianut Indonesia.
"Itu risiko dari rupiah yang diperdagangkan, itu risiko dari sistem devisa bebas dan itu biasa saja. Selama tidak mencapai 13.000 atau 15.000 per dolar AS itu baru berbahaya. Kalau hanya 9.200 - 9.300 per dolar AS itu biasa saja," katanya.
Rupiah sejak Senin (15/5) melemah dari posisi 8.710 per dolar AS menjadi 9.300 per dolar AS, setelah sempat menguat pada Rabu (17/5) hingga 8.900 per dolar AS, rupiah kembali melemah pada Kamis dan Jumat ini pada level 9.155 per dolar AS.
Sebelumnya, Gubernur Bank Indonesia Burhanuddin Abdullah mengemukakan pelemahan rupiah pada Kamis kemarin lebih disebabkan ekspektasi pasar yang tercipta karena laporan meningkatnya inflasi Amerika Serikat yang dikhawatirkan bisa memicu AS untuk menaikkan kembali suku bunganya.
Bank Sentral AS, The Fed, pada pekan lalu sudah menaikkan suku bunganya sebesar 25 basis poin dari 4,75 persen menjadi 5 persen. Sementara Bank Indonesia pada pekan lalu justru menurunkan suku bunga BI (BI rate) juga 25 basis poin dari 12,75 persen menjadi 12,50 persen.
Pelemahan rupiah juga diikuti anjloknya indeks harga saham gabungan di bursa efek Jakarta, yang pada pekan ini terus turun hingga posisi 1.300, padahal pada pekan lalu sempat berada di posisi 1.500. Pada Jumat siang ini, indeks kembali menguat hingga posisi 1.404,69. (*)
Copyright © ANTARA 2006