Jakarta (ANTARA News) - Menteri Luar Negeri (Menlu) Palestina dari Partai Hamas, Mahmud Al-Zahar, dipastikan akan melakukan kunjungan ke Jakarta, 25-27 Mei 2006. Pernyataan tersebut dikemukakan Juru Bicara Departemen Luar Negeri (Deplu), Desra Percaya, kepada wartawan di Gedung Deplu Jakarta, Jumat. "Konteksnya adalah untuk tukar pikiran dan `briefing` situasi dan kesulitan terakhir yang dihadapi rakyat Palestina dan juga akan disampaikan pandangan Indonesia untuk mendorong proses penyelesaian masalah Palestina," kata Desra. Menurut Jubir Deplu, Pemerintah Indonesia menyambut baik kedatangan Menlu Palestina sekalipun belum menyebutkan siapa-siapa saja yang akan ditemui Al-Zahar selama kunjungannya nanti. Kunjungan Menlu Al-Zahar ke Indonesia akan menjadi kunjungan perdananya setelah terjadi perubahan terhadap pemerintahan di Palestina, menyusul kemenangan Partai Hamas dalam pemilu Januari 2006 Namun saat ini kondisi di Palestina memburuk setelah Amerika Serikat dan negara-negara Uni Eropa serta Israel memutuskan untuk menghentikan bantuan kepada Palestina setelah Hamas memenangi Pemilihan Umum. Negara-negara tersebut mengultimatum bahwa bantuan untuk Palestina akan dipulihkan apabila pemerintah Palestina yang baru di bawah pimpinan Hamas mengakui Israel. Terkait dengan itu, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menyatakan Indonesia tidak setuju bantuan kepada Palestina dihentikan. "Beri kesempatan kepada Hamas untuk menyelesaikan persoalan Palestina. Jangan justru dihentikan bantuan kepada mereka," kata Presiden. Indonesia, lanjut Presiden, mendukung pemerintahan baru di negara tersebut dan mendukung sepenuhnya kemerdekaan Palestina. Sementara itu, pada kesempatan sebelumnya Jubir Deplu yang lain Yuri Thamrin, membantah pemberitaan baru-baru ini bahwa Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menggagas sebuah forum baru untuk membantu penyelesaian damai konflik Palestina-Israel. "Itu bukan forum yang sama sekali baru, apalagi berupa alternatif. Tidak. Ini adalah forum yang sudah ada, yang mungkin dikategorikan sebagai `ring dua`," ujarnya. ` Ring dua` yang dimaksud Yuri adalah konferensi internasional tentang Palestina yang telah ada sejak tahun 1992, yaitu forum yang berupaya mendorong penyelesaian masalah Palestina. Berbagai negara besar di Gerakan Non-Blok, termasuk Indonesia, India, dan Afrika Selatan, maupun sejumlah negara Eropa, berpartisipasi dalam forum tersebut. Sementara `ring satu` dalam peta penyelesaian masalah Palestina adalah kuartet PBB, Uni Eropa, Rusia, dan Amerika Serikat. Indonesia sendiri, untuk dapat berpartisipasi dalam penyelesaian damai Palestina, ujar Yuri, tidak membuat forum baru melainkan ikut di dalam konferensi internasional. "Tidak mungkin membuat sesuatu yang baru, yang asing sama sekali. Kalau komitmen besar membantu Palestina ingin kita wujudkan dalam satu partisipasi yang konkret, kita harus masuk ke dalam `game plan` yang ada (untuk Indonesia adalah konferensi internasional, red)," katanya. Soal kontak dengan Israel Sementara itu, ketika ditanya apakah dalam rangka penyelesaian Palestina itu pejabat resmi Indonesia akan kembali mengadakan kontak dengan para diplomat Israel, Yuri mengatakan kalaupun kontak terjadi, hal itu dimaksudkan untuk mendorong penyelesaian yang adil bagi Palestina. "Kalaupun seandainya kita nanti memutuskan untuk melakukan kontak dengan Israel, itu bukan dalam konteks pengakuan dini, tapi dalam konteks untuk mendorong kemajuan bagi penyesaian yang adil dalam isu Palestina," katanya. Kontak antara pejabat negara Indonesia dan Israel terjadi pada September tahun lalu di New York, ketika Menlu Hassan Wirajuda bertemu dengan Menlu Israel, Silvan Shalom, di sela-sela Sidang Umum PBB. Sementara itu, terkait rencana Indonesia membuka perwakilan di Ramallah, Palestina, Yuri mengatakan sebenarnya Indonesia telah sejak lama mewujudkan keinginan tersebut. Namun rencana itu masih terganjal kendala teknis, yaitu Indonesia harus mendapatkan izin terlebih dahulu dari Israel. "Padahal kita tidak punya hubungan diplomatik dengan Israel, terkait kenyataan bahwa Palestina berada dalam kungkungan Israel," ujar Yuri. Di Jakarta, beberapa waktu lalu sejumlah organisasi massa mengadakan aksi peduli Palestina melalui penggalangan dana. (*)

Copyright © ANTARA 2006