"Karena ada budaya orang Jepang yang sejak lama terbiasa membaca media cetak, maka ada kebutuhan untuk itu sampai sekarang," kata Kikuchi dalam kunjungan media Indonesia ke kantor Shinano Mainichi, di Nagano, Jumat.
Ia mengatakan kebiasaan warga yang senang membaca koran, terutama mereka yang berusia di atas 40 tahun, terbukti mampu mendorong perkembangan media cetak tertua di Jepang itu dari gempuran media digital yang lebih digemari generasi muda.
Kikuchi menyebutkan bahwa jumlah warga yang berusia di atas 40 tahun di Nagano dan daerah sekitarnya adalah sekitar 40 persen. Sedangkan sisanya adalah generasi berusia 30-40 tahun dan juga di bawahnya.
Dengan demikian, lanjutnya, eksistensi media cetak tersebut tidak terelakkan ketika sebagian besar warga lansia berusia di atas 40 tahun memang memiliki kebiasaan membaca koran yang cukup kuat.
Baca juga: Insan pers penting jaga kualitas kerja jurnalistik di era disrupsi
Eksistensi media cetak yang terus berkembang itu, ujar dia, juga menjadikan Shinano Mainichi sebagai media cetak terbesar keempat di Tokyo.
Shinnao Mainichi terus berkembang dari sejak berdirinya koran tersebut pada sekitar 150 tahun lalu.
Perkembangan itu dapat dibuktikan dari jumlah sebanyak 140 ribu eksemplar yang diterbitkan setiap hari oleh koran tersebut.
Kikuchi juga mengatakan bahwa meski pandemi memengaruhi sebagian besar ekonomi di seluruh dunia, media cetak Shinano Mainichi terus tumbuh dan berkembang.
Baca juga: Manakala media massa makin menyerupai medsos
Pewarta: Katriana
Editor: M Razi Rahman
Copyright © ANTARA 2023