Jakarta (ANTARA) - Menteri Sekretaris Negara (Mensesneg) Pratikno mengajak masyarakat untuk menjaga kelestarian alam dan menghargai warisan budaya para leluhur melalui berbagai kegiatan.
Salah satu kegiatan pelestarian alam dan menjaga warisan budaya leluhur ini dilakukan oleh Yayasan Puri Kauhan Ubud yang didokumentasikan melalui buku dan film bertajuk Sastra Saraswati Sewana.
“Pelestarian alam oleh Yayasan Puri Kauhan Ubud dapat menginspirasi masyarakat dalam menjaga alam dan menghargai warisan leluhurnya,” katanya dalam Launching Buku dan Film Pendek Saraswati Sewana oleh Yayasan Puri Kauhan Ubud di The Club Djakarta Theater, Jakarta, Jumat.
Buku yang diluncurkan itu berjudul "Toya Uriping Bhuwana Usadhaning Sangaskara" atau Air Sumber Kehidupan Penyembuh Peradaban, "Nyapuh Tirah Campuhan"atau Jejak Peradaban Kuno DAS Oos serta 'Jaladhi Smreti" atau Menelusuri Pelahuhan Kuno di Ketewel dalam Ingatan Masyarakat dan Catatan Kolonial.
Sedangkan lima film pendek yang akan dirilis di bioskop Bali pada awal Maret 2023 mendatang dan merupakan hasil kompetisi bertajuk Purwa Carita Campuhan ini berjudul " Tonya Bindu, Boni Tari Rejang Pala (Buah), I Swarnangkara, Kacang Dari serta I Tundung.
Buku dan film tersebut bercerita mengenai pemuliaan air serta pelestarian alam dan lingkungan khususnya air yang menjadi sumber kehidupan dan peradaban masyarakat Bali dari zaman ke zaman.
Dalam hal ini pendekatan yang dipakai adalah pendekatan dari hulu sampai ke hilir jadi menceritakan air dari gunung sampai ke laut sebagai gambaran penghormatan masyarakat dalam menjaga air sebagai sumber kehidupan.
Pratikno mengatakan pelestarian air oleh Yayasan Puri Kauhan Ubud sangat berhubungan dengan Indonesia yang pada Mei 2024 nanti akan menjadi tuan rumah dari World Water Forum.
World Water Forum tersebut mengarusutamakan pengelolaan air agar dunia terhindar dari krisis air sehingga nantinya berpotensi mengambil inspirasi dari upaya yang dilakukan Yayasan Puri Kauhan Ubud.
Koordinator Staf Khusus Presiden RI sekaligus Ketua Yayasan Puri Kauhan Ubud AAGN Ari Dwipayana menjelaskan buku yang diluncurkan akan mampu membangkitkan kembali semangat bahari masyarakat Bali.
Sementara untuk film pendek diambil dari cerita rakyat Bali yang banyak mengajarkan masyarakat untuk melestarikan lingkungan.
Oleh sebab itu, Yayasan Puri Kauhan Ubud mengadakan kompetisi ide film pendek dari cerita rakyat karena film pendek dinilai lebih diminati oleh generasi milenial dan gen Z.
Secara rinci, terdapat 60 peserta yang ikut kompetisi dan dari jumlah itu dilakukan kurasi, hingga terpilih lima film sebagai pemenang dan diberikan dana produksi film Rp25 juta.
“Pemenangnya mulai dari anak SMA sampai dosen audio visual di Bali. Hasil filmnya setelah diproduksi luar biasa,” ujar Ari.
Sutradara Film Garin Nugroho yang juga bertindak sebagai salah satu dewan juri kompetisi film pendek itu menyampaikan kompetisi yang diselenggarakan ini mencoba membangun ekosistem dari hulu ke hilir terkait pelestarian dan pendidikan.
“Seluruh sumber pengetahuan yang dibiayai oleh negara atau swasta harus kembali ke warga ke masyarakat sehingga itu menjadi bagian dari masyarakat, dan itu bisa berupa seni,” katanya.
Menteri Perempuan dan pemberdayaan Anak I Gusti Ayu Bintang pun mengapresiasi kegiatan pelestarian lingkungan yang telah dilakukan Yayasan Puri Kauhan Ubud karena akan menjadi inspirasi generasi mendatang.
“Apa yang dilakukan akan menjadi inspirasi generasi mendatang di Bali pada khususnya dan masyarakat Indonesia pada umumnya,” ujar Bintang.
Baca juga: Disbud Sumbar: Warisan Budaya Takbenda bukan sekadar pajangan
Baca juga: Kemendikbudristek kirim 5 pesilat RI ke Hari Olahraga Nasional Qatar
Pewarta: Astrid Faidlatul Habibah
Editor: Triono Subagyo
Copyright © ANTARA 2023