Trenggalek, Jatim (ANTARA) - Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa, Jumat meninjau berbagai program pemulihan habitat laut yang tengah digalakkan Pemkab Trenggalek di kawasan pesisir daerah itu, khususnya di Pantai Mutiara dan Wanawisata Mangrove di Pantai Cengkrong.

Didampingi Bupati Trenggalek Mochamad Nur Arifin, Gubernur Khofifah terlihat kunjungan kerjanya sambil menikmati ekowisata bahari dengan menaiki kapal bersama Bupati Nur Arifin atau Mas Ipin.

Keduanya lalu mengunjungi rumah apung dan keramba terumbu karang di Pantai Mutiara.

Khofifah juga melihat ke rumah ikan, bukit terumbu karang, dan "underwater restocking" yang ada.

Baca juga: Pemkab Trenggalek tanam terumbu karang baru di Pesisir Mutiara

Dalam kesempatan tersebut, Khofifah mengatakan bahwa pelestarian ekosistem laut dan pesisir merupakan salah satu dari usaha mewujudkan visi "blue economy" (ekonomi biru) yang dicanangkan Pemprov Jatim.

Pasalnya, kontribusi oksigen dunia bukan hanya berasal dari hutan tropis, namun juga ekosistem pantai.

"Kalau 'green economy' itu adalah pembangunan yang ramah lingkungan, sementara 'blue economy' adalah pembangunan yang tidak menimbulkan limbah. Tadi kami melihat ada 'underwater restocking', rehabilitasi terumbu karang, rumah-rumah ikan dan seterusnya yang semuanya merupakan ekosistem laut yang harus kita jaga," ucap Khofifah.

Baca juga: Banjir bandang rendam wilayah pesisir selatan Trenggalek

"Ini adalah ekosistem tata ruang laut yang rangkaian prototype-nya kita coba di pantai Mutiara dan Prigi. Ini akan menjadi salah satu referensi bagaimana tata ruang biota laut dilakukan oleh Pemkab Trenggalek bersama Pemprov Jatim," tambahnya.

Selain itu, disebut Khofifah, Pantai Mutiara Trenggalek merupakan destinasi wisata komprehensif.

Sebab, fasilitasnya lengkap mulai dari home stay, tempat makan, musholla, kamar mandi, toilet, gazebo, serta tempat parkir. Lebih dari itu, biaya kunjungannya juga murah, yakni Rp5 ribu per orang untuk sekali kunjungan dan Rp2 ribu hingga Rp5 ribu untuk biaya parkir.

Baca juga: Banjir bandang kembali terjang wilayah pesisir selatan Trenggalek

Setelah meninjau pantai mutiara, Gubernur Khofifah beserta rombongan meninjau objek wisata di Cengkrong Prigi.

Di sana, orang nomor satu di Jatim itu meninjau progres pelestarian ekosistem mangrove atau bakau.

Disampaikan Gubernur Khofifah, pada Maret 2023 akan diselenggarakan Festival Mangrove di Cengkrong.

Rencana tersebut sudah disetujui bupati Trenggalek jika festival mangrove keempat akan dipusatkan di sini.

"Jadi kalau festival mangrove ya menanam, ya menyemai benih terutama kepiting, ikan dan kemudian hilirisasi dari produk mangrove," ujarnya.

Baca juga: Petugas dan warga bersihkan sisa material banjir-longsor di Trenggalek

Menurut Gubernur Khofifah ketika ada rencana nasional bahwa target 2060 tercapai net zero emission (NZE) , maka hampir tiap bulan dirinya selalu menanam mangrove bersama elemen lain di Jawa Timur.

"Karena kita merasa bahwa penanaman dan pemeliharaan sudah kita lakukan dengan sinergitas yang cukup bagus maka kita memulai festival mangrove dan sudah berjalan tiga kali," tuturnya.]

Baca juga: Banjir dan longsor kembali terjang sejumlah wilayah di Trenggalek

Disebutkan Gubernur Khofifah, saat ini luasan mangrove di Jawa Timur 1.821 hektar. Per hektar kira-kira 3.300 pohon sehingga total lebih tujuh juta pohon mangrove di Jawa Timur dan itu setara dengan 48 persen hutan mangrove se Pulau Jawa.

Selain rehabilitasi mangrove, Gubernur Khofifah juga mengatakan bahwa Pemprov Jatim juga melakukan rehabilitasi terumbu karang.

Total rehabilitasi terumbu karang tahun 2019-2022 seluas 24,84 hektare.

"Jadi ada atau tidak ada festival mangrove kita tetap nandur mangrove. Ayo bersama-sama kita nandur mangrove," katanya menjelaskan.

Baca juga: Pelabuhan Trenggalek diproyeksikan jadi pengungkit ekonomi pesisir

Selain itu, hilirisasi sangat banyak yang sudah dilakukan , saat festival mangrove Maret nanti, pengunjung boleh melihat salah satu gift dari G20 untuk tamu kepala negara , yakni batik yang bahan warnanya berasal dari mangrove.

Ada sirup mangrove, kue, kerupuk berbahan baku mangrove dan sebagainya. Dengan begitu, hal tersebut semakin meyakinkan betapa bahwa nilai tambah dari mangrove bisa dirasakan oleh masyarakat ketika ada penguatan kreativitas dan inovasi.

"Sisi pemberdayaan masyarakat terutama yang bisa meningkatkan kesejahteraan masyarakat di sini hilirisasi sudah ada beragam produk. Jadi sisi ekonominya sudah dan akan bisa dirasakan," ujarnya.

Baca juga: Mensos tinjau kesiapan lumbung sosial di Tulungagung dan Trenggalek

Lebih lanjut, terkait dengan ekologi maka hal itu akan terbangun dengan sendirinya.

Sebab, berbicara ekosistem, maka ada daya dukung alam dan daya dukung lingkungan. Hal itu juga merupakan kaitan dengan mangrove.

"Jadi, sering kali saya sampaikan kalau saya nandur mangrove itu adalah bagian dari sedekah oksigen," katanya mengakhiri perbincangan.

Pewarta: Destyan H. Sujarwoko
Editor: Tunggul Susilo
Copyright © ANTARA 2023