Di rumah pasti orang tua diberikan PR untuk mengulang kegiatan terapi yg dilakukan
Jakarta (ANTARA) - Dokter spesialis anak konsultan tumbuh kembang Prof. Dr. dr. Rini Sekartini, Sp.A (K) mengatakan sebagian besar anak dengan autisme memulai terapi dengan terapi sensori integrasi atau terapi perilaku.
Baca juga: Gejala autisme bisa diketahui sejak usia anak kurang dari setahun
Pasalnya, anak dengan autisme tak hanya mengalami keterlambatan bicara saja. Kadang, ditemui pula anak tidak fokus hingga mengalami gangguan perilaku, kata dia saat dihubungi ANTARA, Jumat,
“Anak dengan masalah autisme selain mengalami keterlambatan bicara, kadang ditemui anak tidak fokus, dan memiliki gangguan perilaku. Sebagian besar anak autisme mulai terapi dengan terapi sensori integrasi atau terapi perilaku,” kata dokter yang berpraktik di RSIA Bunda Jakarta tersebut.
Agar lebih efektif, terapi bisa dilakukan oleh terapis yang memang ahli di bidangnya sebanyak dua atau tiga kali dalam seminggu.
Baca juga: Dokter tak sarankan anak dengan autisme langsung dimasukkan PAUD
"Terapi bicara harus dilakukan oleh terapis, khususnya terapis bicara. Biasanya dilakukan seminggu dua sampai tiga kali. Tergantung kondisi pasien," kata Rini
Agar terapi bicara berjalan lebih optimal, Rini mengatakan bahwa biasanya orang tua pun akan diberikan pekerjaan rumah (PR) untuk mengulang Kembali kegiatan terapi yang dilakukan. Misalnya seperti bercerita dengan suara keras, menyebut benda, atau menyebut bagian tubuh.
“Di rumah pasti orang tua diberikan PR untuk mengulang kegiatan terapi yg dilakukan. Seperti bercerita dengan suara keras, menyebut benda atau bagian tubuh. Menyuruh anak secara konsisten, dan lain-lain,” jelasnya.
Selain itu, Rini juga memaparkan bahwa orang tua pun dapat melatih anak untuk meniup dan mengunyah dengan baik. Rini menjelaskan bahwa hal ini baik untuk menguatkan kemampuan gerak oral motor sang anak.
Baca juga: Diagnosis autisme bisa dimulai sejak usia anak setahun
"Dapat pula dilatih meniup dan mengunyah dengan baik untuk menguatkan kemampuan gerakan oral motor," kata Rini.
Terakhir, Rini juga menyampaikan bahwa mainan untuk anak dengan autisme juga tak perlu khusus. Orang tua dapat memberi buku cerita, puzzle, alat tiup seperti pluit atau trompet untuk sang buah hati.
Kemudian, Rini juga berpesan agar orang tua selalu mengutamakan interaksi dua arah dengan sang anak. Selain itu, hindari pula penggunaan gawai semasa anak masih bayi.
“Mainan tidak harus khusus. Bisa diberikan buku cerita, puzzle, alat tiup seperti pluit, terompet dan lain-lain,” katanya.
“Utamanya selalu interaksi dua arah dengan bayi. Lalu hindari penggunaan gawai semasa bayi,” kata dia.
Baca juga: China luncurkan studi autisme skala besar terapi transplantasi feses
Baca juga: Aktor "Prison Break" Wentworth Miller didiagnosa autisme
Baca juga: Mengenal Diet Special Needs, makanan sehat bagi penyintas autisme
Pewarta: Lifia Mawaddah Putri
Editor: Ida Nurcahyani
Copyright © ANTARA 2023