Jakarta (ANTARA) - Pengamat komunikasi politik Universitas Islam Negeri Jakarta Gun Gun Heryanto menilai ruang jelajah komunikasi politik Partai Golkar sangat luas.

"Jadi kalau berbicara soal Golkar ini unik ya, mengapa, karena kalau dilihat nyaris tidak ada hambatan psikologis untuk kemudian bertemu dengan ragam kekuatan," kata Gun Gun Heryanto dalam diskusi Embargo Talk "Kemana Arah Koalisi Golkar" di Jakarta, Kamis.

Golkar kata dia bisa bertemu dengan ragam kekuatan, misalnya, dengan PDIP, maupun parpol yang saat ini berada pada posisi berbeda dengan PDIP, seperti Partai Demokrat atau PKS.

"Nah Golkar ruang jelajah komunikasi politiknya menurut saya sangat luas dan sangat lentur, contohnya di Februari ini saja sudah ketemu dengan Surya Paloh, PKS, terakhir bertemu dengan Cak Imin itu di Februari dan sebelum-sebelumnya bertemu PDI Perjuangan," tutur dia.

Posisi Golkar tersebut, kata dia bisa membuat partai tersebut leluasa menjalin komunikasi atau bahkan membangun poros yang mengusung capres dengan parpol lain.

Baca juga: Dasco: Pertemuan Airlangga-Muhaimin sebagaimana kesepakatan Gerindra

Baca juga: Pengamat: Isu politik elektoral-kebangsaan buat parpol sowan ke Golkar

Kemudian, meski leluasa menjalin komunikasi tapi tentunya tidak semudah itu juga Golkar atau KIB untuk bergabung dengan kekuatan politik lain, ada syarat-syarat yang mesti dicapai agar bisa bergabung dalam peta kontestasi Pemilu 2024.

"Kalau ditanya mungkin atau tidak soal peta (politik konsolidatif Golkar), menurut saya akan sangat tergantung juga pada apakah kemudian Koalisi Indonesia Bersatu itu kemudian konsolidatif dalam paket nama (pasangan capres) atau tidak," ucap dia.

Begitu juga sebaliknya, menurut Gun Gun koalisi lain juga harus punya posisi mau bergabung dengan Golkar atau KIB. Jika tidak, menurut dia tetap saja sulit akan terjadi peleburan koalisi.

"Bagaimana positioning dari koalisi-koalisi yang lain, contohnya mungkinkah ke Koalisi Perubahan, pertanyaan berikutnya apa koalisi perubahan itu lantas konsolidatif juga, terbentuk melakukan positioning dalam konteks nama (pasangan capres), misalnya, nama Pak Anies Baswedan sebagai capres," kata dia.

Tidak hanya sampai di situ, kata dia syarat lainnya apakah parpol yang mendukung Anies Baswedan pun bisa bergabung dengan Golkar atau KIB dengan paket nama pasangan calon presiden yang sama-sama setujui dalam satu gerbong di Pemilu 2024.

Pewarta: Boyke Ledy Watra
Editor: Chandra Hamdani Noor
Copyright © ANTARA 2023