Jangan lebih dari satu bulan
 

Keragaman bentuk konten mulai dari teks, foto, video, serta audio yang bisa disajikan dalam satu situs web menjadi salah satu pesonanya.

Jurnalis yang dituntut serba bisa menghasilkan konten-konten itu pun akhirnya menjadi bagian konvergensi yang membuat kinerja di industri media lebih efektif dari generasi sebelumnya.

Namun di balik pesonanya, platform digital juga memberikan tantangan karena kini tidak hanya media tapi setiap orang dapat menjadi sumber informasi tanpa adanya filtrasi.

Pada akhirnya, kondisi itu mengaburkan antara informasi penting atau sebatas sensasi. Tak sedikit akhirnya media arus utama malah terseret cara kerja baru ala masa kini tersebut.

Lebih mengikuti tren di media sosial atau memaksakan diri untuk bisa memenuhi algoritma dari para platform digital menjadi cara kerja yang lazim.

Bukan berarti hal itu tidak baik, namun pada akhirnya ada potensi besar para insan pers lambat laun melupakan fungsi utamanya menyajikan kebenaran lewat verifikasi yang berimbang.

Faktanya banyak bermunculan media yang menganut praktik clickbait, mengutamakan sensasi dibanding informasi berisi.

Bagi insan pers yang bekerja di lapangan, kerap kali ini menjadi perdebatan batin.

Di satu sisi harus menjalankan kewajiban sebagai pekerja dari industri media yang mengikuti keinginan pasar, sementara di sisi lain jurnalis idealis ada perasaan tertekan karena tidak bisa sepenuhnya menjalankan fungsi sebagai pewarta kebenaran lewat disiplin verifikasi, verifikasi, dan verifikasi.

Bisa dibayangkan skenario buruknya bila praktik itu berlanjut, dari sisi publik akan ada masanya mereka menjadi bosan dan memilih meninggalkan media sebagai penyedia informasi.

Bagi industri media dan insan pers, ketergantungan itu akan mendominasi dan akhirnya tidak lagi membuat kinerja media optimal dalam mewartakan kebenaran.

Baca juga: Pemerintah siapkan aturan main untuk media digital

Menanti dalam harapan

Ketika akhirnya negara hadir menjembatani masalah "ketidakadilan" antara platform digital dan industri media lewat Publisher Rights tentunya bagi saya yang juga seorang insan pers merasakan ada secercah harapan mengenai masa depan media yang lebih sehat dan seimbang.

Harapan itu diperkuat dengan pemilihan nama regulasi yang berkesan kuat yakni “Kerja Sama Platform Digital dan Media untuk Mendukung Jurnalisme Berkualitas”.

Langkah Kementerian Komunikasi dan Informatika yang dipercaya menetaskan regulasi itu, dengan menindaklanjuti permintaan Presiden agar segera menerbitkan regulasi itu sebagai peraturan presiden atau perpres patut diapresiasi.

Jika nantinya resmi sahkan dan diterbitkan, regulasi ini harusnya mampu memberikan rasa bangga pada industri media karena memiliki kepastian untuk lebih ajek dalam bisnis maupun memantapkan fungsi sejatinya.

Lalu, selain itu juga, regulasi ini dapat menjadi pengingat bagi perusahaan media agar kembali pada rohnya sebagai penyedia dan pemberi informasi benar dan bertanggung jawab.

Terakhir, bagi masyarakat, hadirnya aturan ini bisa memberikan jaminan untuk publik mendapatkan informasi yang berkualitas dari media massa di Indonesia.

Kini kita hanya perlu menanti dan bersiap menyambut era keseimbangan yang lebih sehat untuk industri media di Tanah Air.

Baca juga: Dirjen IKP bertemu Google dan Facebook bahas Hak Penerbit

Baca juga: "Publisher rights" cara atasi dominasi platform digital

Baca juga: Asosiasi media ASEAN perlu perkuat jaringan untuk "Publisher Right"


Copyright © ANTARA 2023