Cirebon (ANTARA) - Senyum bahagia terlihat dari raut wajah seorang ibu yang membawa beras di kepalanya. Langkahnya seakan ringan meskipun di atas kepalanya harus menopang dua kantung beras 5 kilogram.

Ibu itu adalah Siti Nurlaela, seorang warga Desa Waled Asem, Kecamatan Waled, Kabupaten Cirebon, Jawa Barat, yang ikut membeli beras murah pada operasi pasar yang diadakan Pemerintah Kabupaten Cirebon bekerja sama dengan Perum Bulog.

Ia mengantre cukup lama untuk mendapatkan beras seberat 10 kilogram dengan harga Rp94 ribu. Harga itu relatif murah bila dibandingkan dengan harga beras di pasaran yang kini bisa mencapai Rp120 ribu dengan bobot sama.

"Harganya lebih murah. Jadi, meskipun antre tak apa, yang penting dapat," kata Nurlaela, sambil melangkahkan kaki untuk menuju rumahnya.

Bukan hanya Nurlaela, warga lainnya pun rela mengantre, bahkan tak jarang dari mereka yang membawa anak balitanya untuk ikut berjuang mendapatkan beras murah.

Seperti dilakukan Mira, ia membawa anaknya yang masih berusia empat tahun untuk ikut mengantre, karena tidak ada keluarga yang menjaganya di rumah.

Ia nekat membawa anaknya demi membeli beras yang dijual saat operasi pasar, karena harga beras lebih murah ketimbang yang dijual di pasar yang saat ini rata-rata mencapai Rp12 ribu sampai Rp13 ribu per kilogram.

"Dari pukul 08.00 WIB saya sudah antre, dan tadi beli dua kemasan isi lima kilogram," katanya.

Kondisi itu tidak hanya terjadi di Desa Waled Asem, Kabupaten Cirebon, namun setiap kali ada operasi pasar beras murah, maka warga akan berdatangan untuk mendapatkannya.

Operasi pasar untuk beras terus dilakukan pemerintah daerah bekerja sama dengan Perum Bulog. Hal ini sebagai upaya untuk mengintervensi harga makanan pokok agar tidak semakin melambung.

Harga beras melambung

Harga beras mengalami gejolak sejak awal tahun 2023. Beras yang biasa dijual Rp9.500 per kilogram, berangsur-angsur naik, dan kini sudah menembus Rp10.500. Begitu juga untuk beras kualitas premium, di mana saat ini dijual Rp13.200 yang biasa Rp12 ribu per kilogram.

Pedagang beras grosir dan eceran di Cirebon, Syahri Romdhon, mengatakan untuk harga beras berbeda-beda. Beras premium dijual Rp13.200 per kilogram, sedangkan beras biasa yaitu Rp11.500 per kilogram, namun untuk beras paling murah dijual Rp10.500 per kilogram.

Kenaikan harga terjadi hampir setiap hari, mulai naik Rp200 per kilogram dan kini sudah lebih dari Rp1.000 per kilogram, bahkan ada yang mencapai Rp1.500 per kilogram kenaikannya.

Kenaikan itu dilatarbelakangi dengan minimnya pasokan gabah kering giling ke pabrik beras. Menurut informasi yang diperoleh dari pihak pabrik beras, kata Syahri, yang biasanya harga gabah Rp5.500 per kilogram kini sudah di angka Rp7.500 per kilogram. Sehingga pihak pabrik juga menaikkan harga beras, dan itu membuat harga beras ditingkat eceran maupun grosir juga mengalami kenaikan.

"Kalau saya menjualnya beras premium dan biasa. Kalau yang paling murah itu Rp10.500, tapi saya tidak menjual, karena masyarakat lebih memilih yang Rp11.500 per kilogram," katanya.

Gejolak kenaikan harga beras tidak hanya terjadi di Cirebon, namun hampir merata di sejumlah daerah di Jawa Barat, sehingga membuat Gubernur Jawa Barat, Ridwan Kamil, sedang meneliti terkait kenaikan harga beras tersebut, mengingat daerahnya surplus beras sebanyak 1,5 juta ton pada tahun 2022.

Oleh karena itu, penyebab kenaikan harga itu harus benar-benar diketahui agar penanganan yang dilakukan oleh pemerintah bisa tepat sasaran.

Selain itu, pihaknya akan melakukan intervensi ke pasar, baik dengan cara operasi pasar, maupun mengintervensi distribusi melalui subsidi kendaraan logistik. "Jawa Barat ini surplus 1,5 juta ton beras pada tahun 2022, sehingga dengan adanya kenaikan ini kami akan teliti dan intervensi," tutur Kang Emil, sapaan akrab Gubernur Jabar ini.

Polisi awasi distribusi

Kepolisian Resor Kota (Polresta) Cirebon berkomitmen untuk terus mengawasi alur pendistribusian bahan pokok khususnya beras, agar tidak diselewengkan oleh pihak tidak bertanggung jawab.

Polisi juga telah membentuk Satgas Pangan sesuai instruksi Mabes Polri untuk mengawasi dan memonitor perkembangan harga bahan pokok, serta pengawasan dalam distribusi, agar tidak disalahgunakan.

Kapolresta Cirebon Kombes Pol Arif Budiman mengatakan saat ini sedang mengawasi dan menelusuri alur pendistribusian beras yang harga di pasarannya sedang bergejolak.

Sejauh ini, dari hasil penelusuran, gejolak harga beras di pasaran disebabkan tersendatnya rantai distribusi. Selain itu, di beberapa daerah juga tengah memasuki masa puncak musim hujan.

"Sehingga berpengaruh terhadap suplai beras yang mengalami keterlambatan. Padahal, secara stok beras di Kabupaten Cirebon masih mencukupi untuk memenuhi kebutuhan masyarakat hingga bulan Ramadan dan Lebaran nanti," katanya.

Sementara itu, dengan adanya kenaikan harga beras ini Perum Bulog Cabang Cirebon sejak awal tahun 2023, terus berupaya untuk mengendalikannya agar tidak terus melonjak.

Operasi pasar murah beras dilakukan Pemerintah Kabupaten Cirebon, Jawa Barat, Rabu (15/2/2023). (ANTARA/Khaerul Izan)


Selama satu bulan setengah ini, Perum Bulog Cirebon telah menggelontorkan lebih dari 18 ribu ton beras medium, baik untuk pedagang ritel dan grosir yang berada di pasar serta pertokoan. Upaya itu dilakukan untuk mengendalikan harga dan menjaga stok pangan, agar masyarakat dapat mendapatkan beras dengan terjangkau.

Kepala Pimpinan Perum Bulog Cabang Cirebon, Budi Sultika, mengatakan pada Januari 2023, pihaknya menggelontorkan beras medium kemasan 50 kilogram dan 5 kilogram, untuk mengamankan pasokan serta menekan harga.

"Memang sempat mengalami penurunan beberapa hari, namun kini kembali naik," kata Budi menjelaskan.

Untuk itu, Perum Bulog Cirebon kini intens mengadakan operasi pasar murah di desa-desa, agar masyarakat langsung mendapatkan beras dengan harga terjangkau yaitu Rp9.400 per kilogram.

Langkah tersebut di pilih setelah memantau harga di pasaran terus bergerak naik kendati sudah dilakukan penambahan stok oleh Perum Bulog Cabang Cirebon.

Meskipun belum mengalami penurunan, namun Bulog Cirebon memastikan akan terus melakukan operasi pasar murah, sampai memasuki masa panen raya yang diperkirakan akan terjadi pada bulan Maret mendatang. Ketika panen raya diharapkan harga beras di pasaran kembali normal, dan meski ada kenaikan tidak memberatkan kepada warga selaku konsumen.

Operasi pasar tersebut merupakan salah satu cara untuk mengendalikan harga demi komoditas pangan terjaga dan tersedia bagi masyarakat yang membutuhkannya.

Selain itu, tata niaga beras juga perlu kembali diperhatikan oleh pemerintah, mengingat data Kementerian Pertanian dan Perum Bulog juga sering berbeda.

Bahkan, di tahun 2022 meskipun dinyatakan surplus beras, namun pada akhir tahun mendatangkan beras dari luar negeri atau impor, dan di awal tahun 2023 harga beras melambung.

Untuk itu, tata kelola komoditas pangan pokok harus dijaga agar masyarakat bisa mendapatkan dengan mudah, murah, dan terjangkau.

Editor: Slamet Hadi Purnomo
Copyright © ANTARA 2023