Singapura (ANTARA) - Dolar menguat terhadap sejumlah mata uang utama lainnya di awal sesi Asia pada Kamis pagi, setelah data penjualan ritel AS yang kuat mendukung ketahanan ekonomi terbesar dunia itu dan memperkuat kasus bahwa Federal Reserve masih harus melangkah lebih jauh dalam pengetatan suku bunganya.
Sementara itu, dolar Australia turun setelah data pada Kamis menunjukkan bahwa lapangan kerja pada Januari secara mengejutkan turun selama dua bulan berturut-turut, sementara tingkat pengangguran melonjak ke level tertinggi sejak Mei tahun lalu.
Aussie, yang sedikit lebih tinggi pada hari sebelum rilis data, turun lebih dari 0,5 persen ke level terendah harian 0,6868 dolar AS setelahnya, dan terakhir dibeli 0,6872 dolar AS.
"Bacaan untuk Januari benar-benar menggarisbawahi ekspektasi pasar," kata Carol Kong, ahli strategi mata uang di Commonwealth Bank of Australia.
"Secara keseluruhan, beberapa kelemahan yang ditunjukkan oleh laporan tersebut ... mungkin menyebabkan pasar mengurangi beberapa perkiraan kenaikan suku bunga RBA (bank sentral Australia)."
Sementara itu, penjualan ritel AS rebound tajam pada Januari setelah dua penurunan bulanan berturut-turut, didorong oleh pembelian kendaraan bermotor dan barang lainnya, Departemen Perdagangan AS mengatakan pada Rabu (15/2/2023).
Greenback melonjak didukung rilis data dan mempertahankan sebagian besar kenaikan pada Kamis pagi, dengan indeks dolar AS terakhir 0,07 persen lebih tinggi di 103,87, setelah mencapai puncak hampir enam minggu di 104,11 di sesi sebelumnya.
Euro sedikit berubah pada 1,0687 dolar, sedangkan kiwi turun 0,28 persen menjadi 0,6263 dolar AS.
"Ekonomi AS terus beroperasi dengan baik. Ada data pasar tenaga kerja yang sangat kuat, dan konsumen didukung dengan baik," kata Jarrod Kerr, kepala ekonom di Kiwibank. "Kami pikir Fed punya sedikit lebih banyak pekerjaan yang harus dilakukan."
Data penjualan ritel datang hanya sehari setelah data AS menunjukkan inflasi melambat tetapi masih kaku. Pasar sekarang memperkirakan suku bunga AS mencapai puncaknya di atas 5,2 persen pada Juli.
Dalam mata uang lain, sterling turun 0,19 persen menjadi 1,2015 dolar, setelah meluncur lebih dari 1,0 persen di sesi sebelumnya.
Inflasi Inggris melambat lebih dari yang diharapkan pada Januari dan ada tanda-tanda meredanya tekanan harga di beberapa bagian ekonomi yang diawasi ketat oleh bank sentral Inggris (BoE), menurut data yang dirilis pada Rabu (15/2/2023).
Ini menambah tanda-tanda bahwa kenaikan suku bunga BoE lebih lanjut tidak mungkin terjadi.
"Ini masih angka yang sangat tinggi. Kabar baiknya adalah inflasi kemungkinan sedang memuncak, atau telah memuncak. Jadi prospek inflasi Inggris membaik," kata Kerr dari Kiwibank.
Yen naik sedikit menjadi 134,07 per dolar, setelah menarik beberapa dukungan menyusul pencalonan Kazuo Ueda sebagai gubernur bank sentral berikutnya meningkatkan harapan pasar bahwa pria berusia 71 tahun itu dapat mengakhiri suku bunga super rendah di Jepang lebih cepat dari perkiraan semula.
"Bank sentral Jepang tampaknya akan mengubah kebijakan ultra-longgar saat inflasi mengakar," kata analis di BlackRock Investment Institute.
"Kami pikir dinamika upah dan inflasi berarti sikap kebijakan saat ini kemungkinan telah berjalan dengan sendirinya."
Baca juga: Data ritel AS dukung bunga tinggi, dolar naik ke puncak 6 minggu
Baca juga: Dolar dapat dukungan di Asia setelah data inflasi AS tetap tinggi
Baca juga: Dolar naik di sesi Asia setelah inflasi AS lebih tinggi dari perkiraan
Penerjemah: Apep Suhendar
Editor: Faisal Yunianto
Copyright © ANTARA 2023