Gorontalo, (ANTARA News) - Pemerintah Kabupaten Gorontalo turunkan tim atasi kasus pencemaran lokasi tambang emas di Desa Bumela, yang diduga penyebab timbulnya penyakit gatal-gatal pada masyarakat sekitarnya serta telah menewaskan 4 orang warga.
Kepala Dinas Kehutanan Pertambangan dan Energi (Hutamben) Kabupaten Gorontalo, Abdul Alam Rivai kepada ANTARA Kamis (18/5), menjelaskan, jika dalam survey yang dilakukan oleh tim, terbukti bahwa munculnya penyakit aneh itu dari olahan limbah emas, maka lokasi tersebut akan ditutup.
"Jika terbukti penyakit aneh di derita masyarakat disebabkan dari olahan limbah tambang emas, maka pemerintah akan menutup lokasi tersebut," tegas Rivai yang juga sebagai salah seorang tim Pemkab Gorontalo turun ke lokasi tambang Bumela.
Dia mengakui, beberapa tahun lalu, lokasi tersebut merupakan lokasi tambang emas yang dikolola ribuan penambang, baik yang datang dari wilayah sekitarnya, maupun luar daerah.
Menurut dia, lokasi tambang emas tersebut berada dekat sungai Bumela, yang airnya dimanfaatkan untuk mandi dan mencuci pakain serta sebagaian warga ada yang mengkonsumsinya.
Meskipun sudah dipastikan bahwa sejumlah penyakit yang muncul ditengah masyarakat tersebut akibat tercemarnya bahan kimia pada aliran sungai Bumela, namun kami masih mengirim sampel air sungai itu, untuk diteliti di laboratorium Manado, paparnya.
Kepala Bidang Pertambangan Dinas Hutamben Kabupaten Gorontalo, Ibrahim Yantu menambahkan, luas olahan lokasi tambang emas tersebut berukuran sekitar 1,44 hektar.
"Lokasi itu merupakan sisa galian tambang emas seluas 85 hektar yang diolah masyarakat sebelumnya, namun saat ini tidak ada kegiatan penambangan emas lagi, dan warga hanya mengolah limbah tambangnya saja," paparnya.
Dia menjelaskan, sudah empat bulan warga memanfaatkan limbah emas, untuk menopang perekonomiannya tetapi tidak disadari akan bahaya yang ditimbulkan oleh Sianida, yang tersisa dari penambangan sebelumnya.
"Diduga penyebab penyakit tersebut akibat ulah para penambang emas di lokasi aliran sungai, pada beberapa tahun sebelumnya," kata Ibrahim.
Hasil pantauan ANTARA, masyarakat disekitar lokasi tersebut, tidak yakin penyakit misterius tersebut akibat dampak zat sianida dari olahan limbah emas sungai Bumnela, mereka lebih percaya berasal dari santet orang lain. (*)
Copyright © ANTARA 2006