Jakarta (ANTARA) - Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral telah menerjunkan tim untuk memeriksa aktivitas yang terjadi pada kawah Gunung Bromo di Jawa Timur dan hasilnya terjadi peningkatan aktivitas vulkanik.
Pelaksana Tugas Kepala Badan Geologi Muhammad Wafid mengatakan gunung api kerucut cinder yang berada dalam kaldera Tengger dengan ketinggian mencapai 2.329 meter di atas permukaan laut itu mengalami peningkatan aktivitas vulkanik.
"Gunung Bromo masih pada level II (waspada) dengan rekomendasi yang disesuaikan dengan potensi ancaman bahaya terkini," ujarnya dalam keterangan yang diterima di Jakarta, Senin.
Pada 4 Februari 2023 lalu, PVMBG telah menaikkan status Gunung Bromo dari sebelumnya level I atau aktif normal menjadi level II atau waspada seiring adanya sinar api dari dalam kawah.
Baca juga: Aktivitas Gunung Bromo didominasi gempa tremor menerus
Baca juga: BPBD Jatim imbau warga tak dekati bibir kawah Bromo
Berselang lima hari kemudian, pada 9 sampai 12 Februari 2023, Badan Geologi melalui Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) mengirim tim untuk melakukan pemeriksaan aktivitas gas di kawah Gunung Bromo.
Hasil pemeriksaan itu menunjukkan bahwa konsentrasi gas sulfur dioksida sering terdeteksi di atas ambang normal bagi kesehatan (di atas 5 ppm). Bau gas belerang tercium sedang hingga kuat di bibir kawah gunung api tersebut.
Selain itu, asap kawah teramati putih sedang hingga tebal dengan tinggi mencapai 300 meter. Suara gemuruh dari dalam kawah terdengar sedang hingga kuat.
Saat cerah, dasar kawah dapat terlihat dengan titik solfatara terbesar berada di sisi barat laut-utara dari dasar kawah. Dari hasil pengukuran Thermalcam (IR-based) yang dibidik dari beberapa titik dari bibir kawah, temperatur terpanas dari solfatara berkisar antara 46 sampai 66 derajat Celcius, sedangkan dari pengukuran dengan Thermogun (IR-based) yang dibidik dari lokasi yang sama berkisar antara 44 sampai 67,3 derajat Celcius.
Sementara itu, pengamatan visual pada malam hari menunjukkan sinar api masih teramati dan berasal dari dasar kawah bagian barat laut-utara yang merupakan titik solfatara terbesar.
Pengukuran gas sulfur dioksida asap kawah Gunung Bromo dengan metode DOAS Traverses pada 11 Februari 2023 menunjukkan laju emisi gas sulfur dioksida asap kawah sebesar 230 dan 150 ton per hari (rata-rata 190 ton per hari).
Adapun potensi bahaya yang bisa ditimbulkan akibat meningkatnya aktivitas kawah Gunung Bromo adalah terjadinya erupsi freatik ataupun magmatik dengan sebaran material erupsi berupa abu dan lontaran batu (pijar) yang dapat mencapai radius satu kilometer dari pusat kawah, serta potensi bahaya dari gas-gas vulkanik yang dapat berdampak buruk bagi kesehatan.
"Masyarakat di sekitar Gunung Bromo dan pengujung atau wisatawan atau pendaki tidak memasuki areal kawah dalam radius satu kilometer dari kawah aktif," kata Wafid.
"Masyarakat di sekitar Gunung Bromo, pedagang, wisatawan, pendaki, dan pengelola wisata Gunung Bromo agar mewaspadai terjadinya letusan freatik yang bersifat tiba-tiba dan tanpa didahului oleh gejala-gejala vulkanik yang jelas," ujarnya.
Gunung Bromo secara administratif termasuk dalam wilayah Kabupaten Probolinggo, Kabupaten Malang, Kabupaten Pasuruan, dan Kabupaten Lumajang di Provinsi Jawa Timur.
Gunung api tersebut merupakan salah satu dari lima gunung yang terdapat di komplek Pegunungan Tengger di laut pasir.
Obyek wisata Gunung Bromo berupa fenomena dan atraksi alami yang merupakan salah satu daya tarik pengunjung. Kekhasan gejala alam yang tidak ditemukan di tempat lain adalah adanya kawah di tengah kawah dengan hamparan laut pasir yang mengelilinginya.*
Baca juga: Aktivitas Gunung Bromo meningkat
Baca juga: Balai Besar TNBTS minta masyarakat waspada peningkatan aktivitas Bromo
Pewarta: Sugiharto Purnama
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2023