Jakarta (ANTARA News) - Gubernur BI, Burhanudin Abdullah, memperkirakan tercipta sekitar 2.000 hingga 4.000 pengangguran baru akibat pertumbuhan ekonomi, terutama sektor riil yang belum bergerak. "Jika betul elastisitas pertumbuhan terhadap penyerapan tenaga kerja adalah 1 persen pertumbuhan menyerap 200-300 ribu tenaga kerja, maka ada 600 ribu sampai 1,2 juta tenaga kerja tidak terserap," katanya saat seminar Sektor Jasa Sebagai Motor Pembangunan Ekonomi Daerah. Ia mengatakan artinya ada sekitar 2.000-4.000 orang perhari menjadi pengangguran baru di Indonesia. Diceritakannya bahwa ia pernah mengatakan kepada pengusaha mengenai kemampuan pabrik menengah untuk menyerap tenaga kerja, yakni sekitar 200 orang. Artinya untuk menyerap pengangguran baru perlu dibangun 10 hingga 20 pabrik baru setiap hari. Hal itu merupakan masalah besar dalam perekonomian Indonesia dan ibarat pesawat Jumbo jet yang bermesin ganda, maka Indonesia hanya bergerak dengan satu mesin, sementara mesin lainnya tidak berputar secara optimal. Ia mengemukakan dalam perekonomian Indonesia saat ini, sektor keuangan saja yang berputar, sementara sektor riil belum merealisasikan potensi-potensi yang ada. Hal itu, katanya lagi, sangat berbahaya untuk jangka panjang. Dalam kesempatan itu, ia juga mengatakan bahwa pariwisata merupakan potensi terbaik untuk mendorong perekonomian Indonesia. Berdasarkan laporan World Travel dan Tourism Council pada 1990, pariwisata merupakan industri terpenting dan terbesar di Indonesia. Para ahli juga mengatakan bahwa perekonomian negara industri akan bergeser pada ekonomi yang berdasarkan "kesan dan pengalaman", yang berarti merupakan sektor pariwisata dan jasa. Indonesia, katanya, ditantang untuk serius, sistematis dan fokus untuk menentukan sektor-sektor prioritas dalam pembangunan jika ingin meningkatkan perekonomian. "Pariwisata perlu ditangani secara serius," katanya. Saat ini arus wisatawan ke Indonesia baru 4 juta orang dengan devisa 4 miliar dolar AS. Sementara Malaysia mencapai 10 juta orang dan Thailand juga mendekati angka itu. Ia juga mengatakan kontribusi pariwisata dalam neraca pembayaran Indonesia masih sangat kecil dan justru negatif karena banyak yang keluar negeri dibanding yang datang ke Indonesia. Ia contohkan banyak masyarakat Sumbar yang berobat ke Penang, Malaysia. Padahal dokter-dokternya banyak yang berasal dari Indonesia. Berdasarkan keterangan Rektor Universitas Andalas, sekitar 200 mahasiswa Malaysia belajar ilmu kedokteran dari universitas itu. (*)
Copyright © ANTARA 2006