Beijing, China (ANTARA) - Daerah Sanjiangyuan dikenal sebagai "menara air" Asia karena berisi hulu sungai Yangtze, Kuning, dan Lancang. Kabupaten Madoi di Prefektur Otonomi Golog Tibet Qinghai, di mana wilayah sumber Sungai Kuning berada, adalah contoh yang bagus dari pembangunan taman nasional.

Dari tahun 1960-an hingga 1980-an, industri utama Madoi adalah peternakan. Saat itu, setiap rumah tangga di wilayah tersebut memiliki ratusan sapi dan domba, dan perkembangan peternakan telah meningkatkan perekonomian lokal.

Namun, sejak akhir 1980-an hingga awal abad ini, karena berbagai faktor, jumlah lahan basah dan danau di Madoi berkurang, vegetasi padang rumput mengalami penurunan, kapasitas konservasi air turun tajam, dan keanekaragaman hayati terdampak.

Guna memulihkan lingkungan ekologis, pemerintah wilayah itu menerapkan serangkaian langkah, termasuk memulai program migrasi ekologis, memberlakukan larangan penggembalaan di daerah tertentu, serta mendorong para peternak setempat untuk berpartisipasi dalam perlindungan ekologis. Langkah-langkah tersebut terbukti efektif, berhasil membalikkan tren kerusakan ekologi setempat.

Jamwang Phuntsog bekerja di biro keamanan publik wilayah Zhidoi, Prefektur Otonom Etnis Tibet Yushu di Provinsi Qinghai, yang dilalui Sungai Yangtze. Pada 2010, dia membentuk tim sukarelawan perlindungan lingkungan untuk memunguti sampah di Sanjiangyuan di waktu senggangnya, bersama dengan para sukarelawan dari berbagai profesi lain.

Pusat Konservasi Shan Shui, sebuah organisasi yang berfokus pada konservasi alam, bekerja sama dengan koperasi peternak untuk mengorganisasi mereka dalam melakukan observasi macan tutul salju di area hulu Sungai Lancang. Hal ini tidak hanya meningkatkan pendapatan para peternak tetapi juga meningkatkan perlindungan ekologis.

Keberhasilan taman-taman nasional di China itu sejauh ini sebagian besar berkat berbagai upaya yang melibatkan masyarakat setempat dalam perlindungan satwa liar dan habitat. Rampungnya proyek taman-taman nasional itu pada 2035 akan menunjukkan sebuah ekspansi besar-besaran dari keterlibatan masyarakat tersebut, menurut sejumlah analis.

integrasi ekologi dan pembangunan
Li Chunliang, Wakil Direktur Administrasi Kehutanan dan Padang Rumput Nasional China, menggambarkan rilis rencana tata ruang baru itu sebagai pencapaian penting lainnya dalam pembangunan taman nasional di China. Li mengatakan hal itu sangat penting untuk memandu pembangunan taman-taman nasional yang berkualitas tinggi dan membangun sistem taman nasional terbesar di dunia.

Taman-taman yang digambarkan dalam rencana itu akan mencakup berbagai ekosistem, mulai dari hutan dan padang rumput hingga lahan basah dan gurun, melibatkan lebih dari 700 cagar alam yang sudah ada, serta 10 situs warisan alam dunia.

Rencana tersebut juga menyatakan bahwa penduduk setempat dan masyarakat akan terlibat langsung dalam perlindungan, pembangunan, dan pengelolaan taman-taman nasional melalui waralaba, layanan sukarela, dan posisi perlindungan ekologis, untuk menikmati manfaat ekologis yang dibawa oleh taman-taman nasional.

Kekuatan taman-taman nasional untuk memberikan manfaat secara sekaligus bagi alam dan populasi manusia dapat dilihat dengan jelas di Taman Nasional Sanjiangyuan, di mana masyarakat setempat mendapat manfaat baik secara langsung maupun tidak langsung dari berbagai upaya konservasi

Menurut statistik resmi, selama satu dekade terakhir, konservasi air di daerah Sanjiangyuan telah meningkat rata-rata lebih dari 6 persen setiap tahun, sementara cakupan padang rumput meningkat lebih dari 11 persen dan produksi rumput naik sebesar 30 persen.

Populasi hewan dan tumbuhan liar terus meningkat di kawasan Sanjiangyuan. Populasi antelop Tibet, spesies yang berada dalam perlindungan nasional kelas satu di China, di Hoh Xil telah naik dari di bawah 20.000 pada 1990-an menjadi lebih dari 70.000.

Sementara itu, setiap rumah tangga peternak yang tinggal di dalam Taman Nasional Sanjiangyuan telah ditawari kesempatan kerja sebagai jagawana dengan pendapatan tahunan lebih dari 21.000 yuan (1 yuan = Rp2.227). Saat ini, lebih dari 17.000 jagawana bekerja di taman tersebut.

Tim sukarelawan perlindungan lingkungan yang dibentuk Jamwang Phuntsog telah berkembang hingga mencakup lebih dari 90 anggota, kebanyakan dari mereka adalah peternak.

"Saya adalah penjaga budaya hijau akar rumput. Saat ini, pemandangan setempat berupa pegunungan hijau, rerumputan, dan air yang mengalir mengingatkan saya pada masa kecil saya," ungkap Jamwang Phuntsog, demikian Xinhua dikutip Senin.


Penerjemah: Xinhua
Editor: Ida Nurcahyani
Copyright © ANTARA 2023