Jakarta (ANTARA News) - Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS di pasar spot antar-bank Jakarta pada Rabu sore kembali di bawah level Rp9.000 per dolar AS menjadi Rp8.925 hingga Rp8.945 dibanding penutupan hari sebelumnya Rp9.108 hingga Rp9.110 atau naik 83 poin. "Aksi ambil untung (profittaking) terhadap dolar AS mendominasi pasar, mengakibatkan rupiah sejak pagi hari terus menguat," kata Analis Valas, Bank Saudara (Sebelumnya Bank HS 1906), Yusuf di Jakarta. Menurut dia, menguatnya rupiah juga didukung oleh pernyataan Bank Indonesia yang siap menjaga rupiah setiap saat apabila terjadi hal yang kurang baik terhadap pergerakan mata uang lokal itu. "Kami (BI) akan berada di pasar untuk menjaga kepentingan ekspor maupun ekspor," katanya. Dukungan rupiah, ia lebih lanjut mengatakan, juga muncul dari faktor regional dimana saham-saham regional mengalami kenaikan seperti Indek Nikkei. Melihat kondisi seperti rupiah diperkirakan akan masih bergerak naik lagi, sehingga mendekati posisi yang semula Rp8.700 per dolar AS. Para analis sebelumnya memperkirakan akan bisa mencapai Rp8.500 per dolar AS, katanya. Kondisi pasar seperti ini, menurut dia, menunjukkan bahwa pemain (pelaku pasar) memegang peranan penting terhadap perdagangan nilai mata uang itu seperti rupiah terhadap dolar AS, sekalipun muncul isu pasar. Ia memberi contoh, di pasar global, dolar AS terhadap yen dan euro merosot, namun rupiah di pasar lokal merosotnya. Biasanya apabila yen menguat, maka akan mengimbas rupiah, katanya. Yang jelas tekanan negatif pasar terhadap dolar AS saat ini cukup besar, ujarnya. Namun, semua itu tergantung dari pemain (pelaku pasar) yang memegang peranan pasar, ucapnya. Rupiah menguat sempat mencapai mencapai Rp8.950 per dolar AS, bahkan menjelang penutupan sore rupiah naik lagi hingga di posisi Rp8.925 per dolar AS sampai pasar ditutup. Menurut dia, pasar sepertinya berupaya mencari keseimbangan baru terhadap suku bunga BI Rate setelah BI menurunkannya. Sementara itu, Gubernur BI, Burhanuddin Abdulah, mengatakan, "We are in the market, kita akan jaga rupiah." "Perkembangan rupiah, Kita akan perhatikan kepentingan impor dan ekspor dalam kontek fluktuasi jangan sampai besar," katanya. Burhanuddin mengatakan dalam keadaan apapun BI tetap berada di pasar karena ingin memonitor perkembangan rupiah baik dari sisi eksternal maupun domestik. BI ke depan katanya akan menjaga perbedaan suku bunga, sehingga tetap menarik bagi investor dan juga bagi perekonomian Indonesia. (*)

Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2006