Singapura (ANTARA) - Harga minyak turun di perdagangan Asia pada Jumat sore, tetapi menunjukkan kenaikan mingguan dengan pasar terus bergerak fluktuatif di antara kekhawatiran resesi yang melanda Amerika Serikat dan harapan untuk pemulihan permintaan bahan bakar di China, importir minyak utama dunia.

Minyak mentah berjangka Brent tergelincir 13 sen atau 0,15 persen, menjadi diperdagangkan di 84,37 dolar AS per barel pada pukul 07.21 GMT. Sementara itu, minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) AS melemah 23 sen atau 0,29 persen, menjadi diperdagangkan di 77,83 dolar AS per barel.

Penurunan ini sebagian disebabkan oleh laporan pada Kamis (9/2/2023) yang menunjukkan jumlah orang Amerika yang mengklaim tunjangan pengangguran meningkat lebih dari yang diharapkan minggu lalu, memicu kembali kekhawatiran resesi.

"Sentimen semalam tampaknya condong ke sisi negatif setelah data pengangguran di AS," kata Baden Moore, kepala penelitian komoditas National Australia Bank. "Namun saya berharap pemulihan permintaan China akan lebih material untuk prospek harga hingga (paruh kedua) 2023."

Peningkatan indeks harga konsumen (IHK) China untuk Januari dibandingkan dengan Desember, dengan inflasi mendekati target sekitar 3,0 persen yang ditetapkan pemerintah tahun lalu, menambahkan suasana kehati-hatian untuk pasar minyak.

"Kenaikan IHK China pada Januari mencerminkan permintaan konsumsi penduduk sebelum Tahun Baru Imlek, tetapi datanya tidak sebaik yang diharapkan, mencerminkan tahap pemulihan ekonomi yang lambat," kata Leon Li, analis CMC Markets.

"Oleh karena itu, harga minyak akan tetap bergejolak pada tahap ini."

Data persediaan minyak AS terbaru minggu ini juga menimbulkan kekhawatiran tentang perlambatan ekonomi terbesar dunia, dengan stok minyak mentah naik ke level tertinggi sejak Juni 2021.

Namun demikian, Brent dan WTI telah melonjak lebih dari 5,0 persen sepanjang minggu ini, membalikkan sebagian besar penurunan minggu sebelumnya karena kekhawatiran tentang kenaikan suku bunga tajam lebih lanjut oleh Federal Reserve AS telah mereda.

Pasar telah didukung oleh langkah Arab Saudi untuk meningkatkan harga resmi penjualan minyak mentahnya ke Asia, dilihat sebagai cerminan pemulihan permintaan di China, di mana produksi minyak mentah diperkirakan akan meningkat pada Maret.

"Kilang-kilang kemungkinan akan meningkatkan tingkat pengoperasian mulai Maret untuk memenuhi permintaan domestik serta kebutuhan ekspor," kata Emma Li, analis pasar minyak China di Vortexa.

Ke depan, permintaan China akan menjadi salah satu pendorong terpenting yang harus diperhatikan untuk harga minyak, kata direktur riset di Wood Mackenzie, Sushant Gupta.

"Indikasi-indikasi muncul dari kasus COVID yang stabil atau menurun, yang akan menambah sentimen positif untuk harga minyak," katanya.


Baca juga: Minyak turun di awal sesi Asia, tapi di jalur untuk kenaikan mingguan
Baca juga: Barat terapkan batas harga minyak, Rusia akan lindungi kepentingannya
Baca juga: Minyak naik di Asia setelah ketua IEA soroti prospek permintaan China

Penerjemah: Apep Suhendar
Editor: Faisal Yunianto
Copyright © ANTARA 2023