Singapura (ANTARA) - Dolar melemah di awal sesi Asia pada Jumat pagi, setelah penurunan semalam karena investor melangkah dengan hati-hati menjelang data inflasi AS minggu depan, dengan kekhawatiran atas perlambatan ekonomi dan laju kenaikan suku bunga Federal Reserve memukul sentimen.
Indeks dolar, yang mengukur mata uang AS terhadap enam mata uang utama lainnya, berada di 103,21, setelah turun ke level 102,63 di sesi sebelumnya. Indeks akan mengakhiri minggu ini dengan kenaikan kecil, minggu positif kedua berturut-turut dan kenaikan yang belum pernah terjadi sejak Oktober.
Data pada Kamis (9/2/2023) menunjukkan jumlah orang Amerika yang mengajukan klaim baru untuk tunjangan pengangguran meningkat lebih dari yang diharapkan minggu lalu, tetapi tetap pada tingkat yang konsisten dengan pasar tenaga kerja yang ketat.
Euro turun 0,07 persen menjadi 1,0729 dolar, sementara sterling terakhir diperdagangkan pada 1,2114 dolar, melemah 0,07 persen.
Yen Jepang melemah 0,12 persen menjadi 131,74 per dolar. Pemerintah Jepang berencana untuk mengajukan calon gubernur bank sentral yang baru dan dua calon wakil gubernur ke parlemen pada 14 Februari, Reuters melaporkan pada Kamis (9/2/2023).
Ahli strategi mata uang OCBC, Christopher Wong mengatakan pasar valuta asing kemungkinan akan diperdagangkan menyampaikan pada Jumat, karena tidak adanya data utama dan pembicaraan Federal Reserve, menempatkan fokus pada data inflasi yang akan dirilis minggu depan.
"Gambaran luasnya adalah Fed melakukan kalibrasi kebijakan... tetapi untuk jangka pendek ada kehati-hatian yang diberikan oleh pejabat Fed baru-baru ini dan bagaimana tren disinflasi mungkin bergelombang."
Pekan lalu, The Fed menaikkan suku bunga sebesar 25 basis poin dan mengatakan melihat tanda-tanda disinflasi tetapi laporan pekerjaan yang kuat mengguncang investor karena mereka khawatir pembuat kebijakan akan tetap hawkish lebih lama.
Ketua Fed Powell dalam pidatonya minggu ini menegaskan kembali keyakinannya bahwa disinflasi sedang berlangsung.
Dengan data inflasi yang akan dirilis minggu depan, fokus tertuju pada litani pembicara Fed lainnya, dengan Presiden Fed Richmond Thomas Barkin menambah retorika kebijakan.
Barkin mengatakan pada Kamis (9/2/2023) kebijakan moneter yang ketat "secara tegas" memperlambat ekonomi AS, memungkinkan Fed untuk bergerak "lebih hati-hati" dengan kenaikan suku bunga lebih lanjut.
Wong dari OCBC mengatakan ada dua set laporan inflasi antara sekarang hingga pertemuan Fed berikutnya, mencatat bahwa bank sentral telah menekankan akan lebih bergantung pada data.
"Jika Anda melihat tren disinflasi di AS menunjukkan tanda-tanda melambat meskipun hanya sementara, maka sentimen risiko dapat berada di bawah tekanan dan dolar dapat menemukan dukungan lebih lanjut."
Namun, Wong memperingatkan, bahwa jika tren disinflasi terbukti mengakar maka pelemahan dolar kemungkinan akan berlanjut.
Baca juga: Dolar AS melemah tertekan prospek Fed, fokus data inflasi minggu depan
Baca juga: Rubel Rusia merosot ke level terlemah terhadap dolar sejak akhir April
Baca juga: Dolar terjebak, pedagang menilai prospek Fed sebelum data inflasi
Penerjemah: Apep Suhendar
Editor: Faisal Yunianto
Copyright © ANTARA 2023