Banda Aceh, (ANTARA News) - Ribuan batang bibit bakau (mangrove) yang semula diperuntukan bagi penghijauan hutan pantai di Desa Ulee Lheue, Kecamatan Meuraxa, Kota Banda Aceh, mati sebelum ditanam karena dibiarkan telantar di tempat penampungan sementara. Pemantauan di lokasi penampungan sementara, di Desa Kampung Blang, Kecamatan Meuraxa, Kota Banda Aceh, sedikitnya seribu batang bibit mangrove mati sebelum sempat ditanam di pesisir pantai daerah tesebut. "Bibit mangrove itu mati kekeringan karena terlalu lama dibiarkan di lokasi penampungan sementara," kata Jailani, salah seorang penduduk saat menanam bibit bakau yang masih hidup di desa pantai tersebut. Ia mengaku, bibit mangrove yang didatangkan dari Aceh Timur itu, semula untuk menggantikan tanaman bakau yang sudah mati, namun belum sempat dipindahkan ke lokasi penanaman sudah mati kekeringan. Hanya sebagian bibit bakau yang berhasil diselamatkan, sedangkan sisanya yang mencapai ribuan batang mati akibat salah penempatan. "Bibit mangrove itu di tumpuk di atas pasir dan langsung terkena sengatan matahari," kata warga tersebut. Menurutnya, pada tahap pertama penanaman bibit mangrove di beberapa lokasi hanya sebagian yang berhasil hidup, sehingga didatangkan bibit pengganti dari kabupaten Aceh Timur. "Tampaknya, bibit bakau asal Aceh Timur itu kurang cocok dengan kondisi tanah di daerah ini, sehingga banyak yang mati," katanya menyarankan kepada NGO/LSM agar mendatangkan jenis bibit mangrove berdaun lebar. Program penghijauan hutan pantai yang rusak akibat bencana tsunami tahun lalu di daerah itu belum berjalan sebagaimana yang diharapkan, karena dari ratusan ribu bibit mangrove yang ditanam hanya sebagian yang berhasil hidup dan sisanya mati. Hal itu terlihat, di beberapa desa dalam wilayah kecamatan Baitussalam dan Mesjid Raya, Kabupaten Aceh Besar dan di wilayah kecamatan Meuraxa, kota Banda Aceh. Masyarakat menilai, matinya bibit bakau tersebut karena pola penanamannya terkesan asal-asalan dan tak memperhatikan kondisi tanah di pesisir pantai. (*)
Copyright © ANTARA 2006