Jakarta (ANTARA) - PT Mirae Asset Sekuritas Indonesia optimistis industri reksa dana di pasar modal Indonesia akan tumbuh mencapai Rp1.000 triliun dalam tiga tahun ke depan atau lebih cepat.
"Dengan inovasi IT (teknologi informasi), kami meyakini target industri reksa dana Rp1.000 triliun pada 2027 akan mudah tercapai, bahkan bisa lebih cepat lagi," ujar Head of Wealth Management Mirae Asset M Arief Maulana dalam Media Day by Mirae Asset di Jakarta, Kamis.
Dia mengatakan terdapat dua faktor utama pendorong pertumbuhan industri reksa dana, yaitu pertama adalah inovasi IT dari pelaku pasar modal, dengan bertumbuhnya industri financial technology (fintech) dan kondisi masyarakat yang semakin melek teknologi setelah pandemi COVID-19.
Dia melanjutkan keunggulan reksa dana pasar uang dibandingkan instrumen pasar uang lain, diantaranya insentif pajak, tidak ada fee beli-jual, portofolio yang terdiversifikasi, likuid karena penarikan dana bisa setiap waktu, serta nilai minimal investasi yang rendah.
Selain itu, di dalam reksa dana pasar uang, terdapat instrumen tabungan, deposito, dan efek utang bertenor kurang dari satu tahun.
Dalam kondisi ekonomi tahun 2023 dengan risiko resesi global, pihaknya menyarankan investor untuk menggunakan strategi alokasi aset (asset allocation) untuk menghadapi masih tingginya ketidakpastian pasar keuangan, baik nasabah retail maupun korporasi.
Seiring dengan itu, pihaknya juga optimistis asset under administration (AUA) reksa dana Mirae Asset Indonesia tumbuh lebih cepat daripada pertumbuhan industri yang mencatatkan pertumbuhan majemuk tahunan (CAGR) 10 persen dalam 10 tahun terakhir.
Tahun lalu, AUA Mirae Asset tumbuh 100 persen dari Rp 500 miliar menjadi Rp1 triliun.
"Tahun ini kami optimistis pertumbuhan AUA dapat dua kali lebih tinggi dari pertumbuhan tahunan industri mengingat dana kelolaan industri reksa dana justru turun tahun lalu," ujar Arief.
Dia menjelaskan salah satu pendukung pertumbuhan industri reksa dana perseroan adalah agen penjual, yang mana perseroan salah satu Agen Penjual Efek Reksa Dana (APERD) berlisensi OJK yang memasarkan reksa dana terpilih dari sekitar 30 manajer investasi rekanan.
Otoritas Jasa Keuangan (OJK) melaporkan dana kelolaan industri reksa dana mencapai Rp504 triliun pada 2022 lalu, berasal dari 2.120 produk reksa dana yang dikelola 96 manajer investasi sejak reksadana pertama di Indonesia terbit pada 1995.
Lebih lanjut, OJK menargetkan dana kelolaan itu tumbuh menjadi Rp 1.000 triliun pada 2027.
Baca juga: KSEI: Jumlah investor pasar modal tembus 10 juta SID
Baca juga: OJK: Minat perusahaan himpun dana di pasar modal masih tinggi
Baca juga: Mirae Asset proyeksi IHSG tumbuh 15 persen pada 2023, di level 7.880
Pewarta: Muhammad Heriyanto
Editor: Kelik Dewanto
Copyright © ANTARA 2023