Jakarta (ANTARA) - Dua bola mata Ani berkaca-kaca. Sembari menggendong anaknya, ibu rumah tangga tersebut tak henti mengucap syukur.
Sejak pagi wanita berhijab tersebut sudah duduk manis di Ruang Publik Terbuka Ramah Anak (RPTRA) Triputra Persada Hijau di Kelurahan Semper Barat, Cilincing, Jakarta Utara, yang tak jauh dari kediamannya.
Di kawasan hijau dan asri itu sudah bersiaga beberapa petugas kesehatan yang menimbang dan mengukur tinggi badan sejumlah bayi berusia di bawah lima tahun (balita) hingga anak usia 10 tahun.
Penantian Ani yang penuh kesabaran, akhirnya membuahkan hasil yang membuat dirinya terharu.
Puskesmas Kecamatan Cilincing, Jakarta Utara, menyerahkan sertifikat tanda anaknya sudah "lulus" dari status tengkes atau stunting.
Sertifikat itu menerangkan bahwa buah hatinya mengikuti program pencegahan stunting balita dan mencapai status gizi dan tinggi badan normal.
Wanita berusia 35 tahun itu tidak menyangka anaknya termasuk rawan stunting.
Putrinya yang berusia dua tahun tiga bulan itu, sebelumnya memiliki tinggi 70 centimeter dan saat ini sudah lebih dari 80 centimeter.
Begitu juga berat badan mengalami perkembangan signifikan, mencapai hampir 11 kilogram, setelah sebelumnya di bawah 10 kilogram.
“Setiap minggu saya kontrol anak saya dan akhirnya ada perkembangan,” kata Ani sambil tak henti mencium kening putrinya itu.
Bersama 21 balita lainnya, anak Ani dikeluarkan dari status rawan stunting, dari total sekitar 50 balita dan anak yang rawan stunting di kawasan itu.
Berbeda dengan Ani, Rumdasih, ibu rumah tangga lainnya, masih harus berjuang dan lebih bersabar lagi. Anaknya yang berusia empat tahun empat bulan masih dinyatakan belum lulus dari rawan stunting.
Ketika ditimbang, berat badan putra ketiganya itu mencapai 11,4 kilogram, masih jauh dari ideal anak seusianya, yakni 16 kilogram.
Rata-rata anak tersebut menunjukkan tingkat kesehatan yang normal. Nyaris tidak menunjukkan suatu gangguan kesehatan, meski tinggi dan berat tubuhnya masih di bawah standar ideal.
Balita dan ibu hamil
Pemprov DKI Jakarta fokus menurunkan kasus stunting yang dimulai saat janin dalam kandungan hingga balita.
Penjabat Gubernur DKI Heru Budi Hartono mengatakan di Ibu Kota terdapat sekitar 140 ribu ibu hamil yang diintervensi kebutuhan gizinya.
Pemprov DKI Jakarta juga meminta ibu hamil rajin memeriksa kondisi kandungannya di puskesmas untuk mendapatkan tambahan makanan berupa vitamin, salah satunya untuk mencegah anemia atau kekurangan darah.
Mantan Wali Kota Jakarta Utara itu menyebutkan di Kecamatan Cilincing, Jakarta Utara, terdapat sekitar 777 anak yang rawan stunting.
Dari jumlah itu, sebanyak 134 di antaranya dinyatakan “lulus” dan dikeluarkan dari status rawan stunting berkat intervensi yang dilakukan pemerintah dan aparat setempat.
Di Kelurahan Semper Barat, Cilincing, misalnya aparatur setempat dan pihak lainnya membuat program bernama “Sebar Cinta” yang merupakan kependekan dari program Semper Barat Cegah Stunting Balita.
Kegiatan yang diadakan untuk menurunkan stunting, di antaranya ibu-ibu rumah tangga yang memiliki balita digabungkan dalam satu grup pesan berbasis aplikasi, WhatsApp, untuk memudahkan koordinasi dan pelayanan.
Dalam satu pekan setiap hari Selasa, petugas puskesmas mendatangi ruang terbuka publik, seperti RPTRA untuk mengumpulkan ibu-ibu yang memiliki balita untuk diperiksa kesehatan anaknya.
Petugas kesehatan itu mengontrol tinggi dan berat badan anak-anak yang rawan stunting.
Setiap minggu perkembangan anak tersebut dicatat dalam buku kontrol yang dibawa masing-masing orang tua saat melakukan pemeriksaan.
Di tingkat kelurahan, petugas memberikan bantuan makanan tambahan berupa vitamin, telur dan daging ayam.
Validasi data
Adanya kasus stunting di Jakarta menjadi perhatian pemerintah pusat. Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin mengungkapkan Jakarta merupakan daerah dengan kasus stunting terendah kedua di Indonesia, setelah Bali di posisi pertama.
Sejatinya, berdasarkan data Survei Status Gizi Indonesia Indonesia, kasus stunting di Jakarta sudah turun dari 16 persen menjadi 14,8 persen dari jumlah balita di Jakarta.
Data tersebut mendekati data Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana (BKKBN) yang memperkirakan jumlah stunting di Jakarta mencapai sekitar 110 ribu atau sekitar 14 persen dari jumlah balita mencapai 790 ribu.
Pastinya data tersebut mencengangkan, karena seharusnya DKI Jakarta tidak lagi "mengoleksi" kasus stunting.
Apalagi Pemprov DKI menggelontorkan sedikitnya 17 bantuan sosial kepada warga, misalnya Kartu Anak Jakarta, Kartu Jakarta Pintar, subsidi transportasi, Kartu Pekerja Jakarta, hingga pangan subsidi kepada sekitar 1,2 juta warga yang membutuhkan.
Untuk itu, Pemprov DKI Jakarta melakukan validasi data sesuai nama dan alamat agar penanganan stunting sekaligus menekan kemiskinan ekstrem dapat dipercepat dan sesuai sasaran.
Petugas lintas sektor dikerahkan untuk menyisir data stunting, mulai dari Dinas Sosial, Dinas Pemberdayaan Perlindungan Anak dan Pengendalian Penduduk (PPAP) DKI, petugas Pembina Kesejahteraan Keluarga (PKK) hingga Dasa Wisma.
Heru meyakini kemajuan Cilincing dan kecamatan lain di Ibu Kota dalam penanganan kasus stunting memberikan optimisme bahwa kasus gangguan pertumbuhan anak itu dapat terus ditekan.
Bahkan, target turun sebesar lima persen pada 2024 diharapkan tercapai yang melampaui target pemerintah pusat secara nasional sebesar 14 persen.
Mencermati fenomena itu, Jakarta sebagai ibu kota negara dengan anggaran yang besar, bukan berarti DKI nol kasus sosial, misalnya stunting.
Perlu upaya menyeluruh, konsisten dan melibatkan kesungguhan semua pihak untuk menekan kasus gangguan pertumbuhan anak itu, bahkan jika bisa nol kasus stunting.
Editor: Masuki M. Astro
Copyright © ANTARA 2023