kerusakan rumah dan fasilitas penduduk yang mencapai kerugian hingga Rp31,5 triliunJakarta (ANTARA) - Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mencatat korban jiwa akibat bencana hidrometeorologi dalam empat tahun terakhir, yakni 2018-2022 terus bertambah.
"Korban meninggal dan mengungsi terus bertambah, dengan kerusakan rumah dan fasilitas penduduk yang mencapai kerugian hingga Rp31,5 triliun," ujar Kepala Bidang Komunikasi Kebencanaan BNPB Dodi Yuleova dalam diskusi daring "Darurat Bencana Hidrometeorologi Komitmen Implementasi Kebijakan Mitigasi dan Adaptasi Perubahan Iklim" di Jakarta, Rabu.
Dodi mengatakan kini BNPB banyak menemukan tantangan dalam pelaksanaan tugasnya, salah satunya adalah cuaca yang mudah sekali berubah, seperti saat ini yang seharusnya sudah masuk musim kemarau, tetapi beberapa daerah masih mengalami hujan dengan intensitas tinggi.
"Kami melakukan analisis atau kajian terhadap potensi ancaman bahaya dengan memanfaatkan data lintas kementerian/lembaga. Selanjutnya, memberikan arahan kepada BPBD tingkat kabupaten dan kota untuk upaya kesiapsiagaan setempat dan mengaktifkan Tim Reaksi Cepat (TRC) agar berkoordinasi dengan pusat, khususnya untuk daerah yang sangat rawan bencana hidrometeorologi,” tambahnya.
Baca juga: Tim BNPB tinjau delapan lokasi bencana di Rejang Lebong
Baca juga: Longsor Toraja Utara sebabkan 155 warga mengungsi
Ia menyarankan agar masyarakat membentuk tim siaga desa yang bertugas untuk pemantauan dan identifikasi berbekal pengetahuan kebencanaan.
Misalnya membuat rencana operasi, membuat peta risiko desa dan keterampilan dalam respons darurat, dan memastikan kelancaran jalinan komunikasi ke BPBD kecamatan dan desa.
Sementara di tingkat keluarga, masyarakat dapat membuat rencana kesiapsiagaan berupa rute evakuasi, respon evakuasi, tas siaga bencana, kontak petugas, dan lainnya.
Baca juga: BNPB: Pembangunan Pantai Padang harus sejalan penguatan vegetasi
Ia menyarankan agar masyarakat membentuk tim siaga desa yang bertugas untuk pemantauan dan identifikasi berbekal pengetahuan kebencanaan.
Misalnya membuat rencana operasi, membuat peta risiko desa dan keterampilan dalam respons darurat, dan memastikan kelancaran jalinan komunikasi ke BPBD kecamatan dan desa.
Sementara di tingkat keluarga, masyarakat dapat membuat rencana kesiapsiagaan berupa rute evakuasi, respon evakuasi, tas siaga bencana, kontak petugas, dan lainnya.
Baca juga: BNPB: Pembangunan Pantai Padang harus sejalan penguatan vegetasi
Baca juga: BNPB: NTT laporkan kenaikan bencana hidrometeorologi basah
Baca juga: BNPB: Banjir Sambas sebabkan 37.344 jiwa di 8 kecamatan terdampak
Pewarta: Devi Nindy Sari Ramadhan
Editor: Budhi Santoso
Copyright © ANTARA 2023