Yang lebih memprihatinkan, banyak kasus-kasus stroke yang dirujuk ke RS PON sudah dalam keadaan terlambat. Hal ini menyebabkan peluang kesembuhannya semakin rendahJakarta (ANTARA) - Rumah Sakit Pusat Otak Nasional (RS PON) mengembangkan metode Brain Check Up (BCU) sebagai layanan terintegrasi deteksi dini unggulan bidang otak dan persyarafan.
“Layanan Brain Check Up ini kami siapkan sebagai layanan unggulan RS PON, karena kasus stroke terus meningkat,” kata Direktur Pelayanan Medik, Keperawatan dan Penunjang RS PON Jakarta, Adin Nulkhasanah, melalui siaran pers Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI yang diterima di Jakarta, Selasa.
Adin mengatakan penderita stroke didominasi masyarakat usia 40 tahun ke atas yang masih menunjukkan tren peningkatan kasus.
"Yang lebih memprihatinkan, banyak kasus-kasus stroke yang dirujuk ke RS PON sudah dalam keadaan terlambat. Hal ini menyebabkan peluang kesembuhannya semakin rendah," katanya.
RS PON rata-rata melayani 2.500 operasi dalam setahun, sebagian besar adalah karena tumor dan vaskuler.
Baca juga: RS PON masih perlu lengkapi alat kesehatan di RS pengampu stroke
"Saat datang ke RS PON, kondisinya sudah berat, dengan tumor yang besar, sudah ada dampak kecacatan, diharapkan kalau kita tahu lebih awal sehingga kecacatan atau kematian bisa dicegah,” ujarnya.
Bagi penderita stroke, kata dia, kecacatan tersebut berpotensi mempengaruhi produktivitas serta kualitas hidup karena aktivitas fisik yang semakin terbatas.
Untuk itu, lanjutnya, dengan kehadiran layanan tersebut diharapkan dapat meningkatkan kesadaran masyarakat untuk rutin melakukan skrining kesehatan minimal satu tahun sekali.
Skrining kesehatan melalui BCU dilakukan dengan rangkaian pemeriksaan, diantaranya pemeriksaan fisik, fisik neurobehaviour, pemeriksaan fisik jantung, pemeriksaan kardiografi, EKG dan treadmill, pemeriksaan neuroofthalmologi, pemeriksaan EEG dan pulmonologi, pemeriksaan lab (kekentalan darah, kolesterol, gula darah), rontgen thorax, serta pemeriksaan CTA (MRI & MRA).
Adin mengatakan layanan BCU diutamakan untuk usia 40 tahun ke atas. Tapi bila ada faktor risiko, masyarakat tetap diperbolehkan untuk melakukan pemeriksaan.
“Untuk usia di bawahnya bisa datang untuk pemeriksaan, karena lebih baik mencegah dan segera mengobatinya bila ada kelainan,” katanya.
Baca juga: Ahli syaraf sebut kasus stroke mulai merambat ke usia muda
Baca juga: Hati-hati Stroke Ancam Orang Muda, Kasus Naik
Pewarta: Andi Firdaus
Editor: Risbiani Fardaniah
Copyright © ANTARA 2023