ini membalikkan ekspektasi bahwa Fed akan melakukan perubahan arah dalam kebijakan moneternya

Singapura (ANTARA) - Dolar melemah di perdagangan Asia pada Selasa sore, setelah reli pada hari sebelumnya, tetapi masih melayang di dekat puncak satu bulan karena para pedagang menaikkan perkiraan mereka tentang seberapa tinggi Federal Reserve AS perlu menaikkan suku bunga untuk "menjinakkan" inflasi.

Sementara itu, dolar Australia melonjak setelah kenaikan suku bunga oleh Bank Sentral Australia (RBA), menguat 1,0 persen ke tertinggi harian 0,6952 dolar AS, dan terakhir diperdagangkan 0,6932 dolar AS.

RBA menaikkan suku bunga sebesar 25 basis poin sesuai harapan pada hari Selasa dan menegaskan kembali bahwa kenaikan lebih lanjut akan diperlukan - kemiringan kebijakan yang lebih hawkish dari yang diperkirakan banyak orang.

"Dengan menyatakan bahwa, dalam pandangannya, inflasi akan tetap tinggi untuk jangka waktu yang lama, RBA merusak pemikiran pelonggaran akhir tahun ini atau awal tahun depan," kata Rob Carnell, Kepala Penelitian Regional ING Asia-Pasifik.

"Ini akan mengangkat imbal hasil obligasi jangka panjang dan ekspektasi suku bunga jangka pendek. Ini juga akan memberi AUD (dolar Australia) dorongan".

Baca juga: Saham Asia stabil, dolar naik karena pasar menilai prospek suku bunga

Baca juga: Yuan tergelincir 230 basis poin menjadi 6,7967 terhadap dolar AS
​​​​

Di tempat lain, pasar pulih dari keterkejutan laporan pekerjaan Amerika Serikat Jumat (3/2/2023), yang menunjukkan bahwa data penggajian nonpertanian (NFP) melonjak 517.000 pekerjaan pada Januari, menunjukkan pasar tenaga kerja yang tangguh.

Laporan tersebut membuat para pedagang salah langkah karena jeda yang akan segera terjadi dalam siklus kenaikan suku bunga Fed dan memberi penguatan pada mata uang AS, meskipun melepaskan kembali beberapa keuntungan di perdagangan Asia pada Selasa.

Sterling terakhir 0,2 persen lebih tinggi di 1,2046 dolar, setelah jatuh ke level terendah satu bulan di 1,2006 dolar di sesi sebelumnya.

Demikian pula, kiwi naik 0,29 persen menjadi 0,6323 dolar AS, tetapi tidak jauh dari palung satu bulan pada Senin (6/2/2023) di 0,6271 dolar AS.

Euro naik 0,08 persen menjadi 1,0735 dolar, setelah meluncur ke 1,0709 dolar di sesi sebelumnya, terendah sejak 9 Januari.

"Sejak Jumat lalu (3/2/2023), (ketika) AS melaporkan angka pekerjaan yang lebih kuat dari perkiraan, ini membalikkan ekspektasi bahwa Fed akan melakukan perubahan arah dalam kebijakan moneternya," kata Tina Teng, analis pasar di CMC Markets.

"Saya tidak berpikir jumlah pekerjaan adalah kuncinya... tapi itu jelas berdampak besar pada kebijakan moneter (The Fed)."

Imbal hasil obligasi Pemerintah AS telah meningkat didukung ekspektasi suku bunga yang lebih tinggi, dengan imbal hasil dua tahun terakhir di 4,4267 persen, setelah menyentuh tertinggi satu bulan di 4,4930 persen pada Senin (6/2/2023).

Imbal hasil obligasi pemerintah 10-tahun terakhir di 3,6192 persen, setelah sama-sama naik ke puncak empat minggu di 3,6550 persen di sesi sebelumnya.

Perkiraan pasar berjangka menunjukkan bahwa pasar mengharapkan suku bunga dana Fed mencapai puncak tepat di atas 5,1 persen pada Juli, dibandingkan dengan ekspektasi kurang dari 5,0 persen sebelum laporan pekerjaan Jumat (3/2/2023).

Mata uang AS yang melonjak mendorong indeks dolar AS ke level tertinggi hampir satu bulan di 103,76 pada Senin (6/2/2023). Indeks terakhir 0,13 persen lebih rendah pada 103,47.

Di tempat lain di Asia, yen Jepang naik 0,3 persen menjadi 132,26 per dolar, tetapi tetap terjepit di dekat level terendah satu bulan pada Senin (6/2/2023) di 132,90 per dolar.

Data pada Selasa menunjukkan bahwa upah riil Jepang naik pada Desember untuk pertama kalinya dalam sembilan bulan, meskipun masih ada ketidakpastian apakah kenaikan gaji akan terus menopang pemulihan ekonomi negara itu.

Sebuah laporan surat kabar pada Senin (6/2/2023) mengatakan bahwa pemerintah Jepang telah memanggil Deputi Gubernur Bank Sentral Jepang (BoJ) Masayoshi Amamiya untuk menggantikan Haruhiko Kuroda yang sedang menjabat sebagai gubernur bank sentral. Amamiya dianggap oleh pasar lebih dovish daripada pesaing lainnya.

"Saya tidak berpikir BoJ akan membalikkan kebijakan moneter," kata Teng dari CMC, di tengah harapan pasar bank sentral akan meninggalkan kebijakan kontrol kurva imbal hasil setelah gubernur baru menjabat.

"Masih ada kekhawatiran ekonomi, masih ada risiko resesi".

Baca juga: Dolar menguat di awal sesi Asia dipicu perkiraan bunga Fed terus naik

Baca juga: Dolar perpanjang "rebound" didukung data AS, yen tergelincir

Penerjemah: Apep Suhendar
Editor: Agus Salim
Copyright © ANTARA 2023