Semuanya ini bertujuan untuk perlindungan investor
Jakarta (ANTARA) - Direktur Pengawasan Transaksi dan Kepatuhan Bursa Efek Indonesia (BEI) Kristian Sihar Manullang menyampaikan pihaknya akan memasukkan ke papan pemantauan khusus terhadap saham- saham yang pergerakannya tidak biasa, atau istilah lainnya "saham gorengan".
“Bursa juga memberikan notasi khusus dan selanjutnya memasukkan ke dalam pemantauan khusus kepada saham saham tertentu yang memiliki catatan khusus terkait fundamental dan volatilitas harga,” ujar Kristian kepada awak media di Jakarta, Selasa.
Kemudian, pihaknya akan melakukan aksi cepat (immediate action) terhadap nasabah- nasabah melalui Anggota Bursa (AB), sebagai upaya preventif untuk mengingatkan terkait perilaku transaksi mereka.
Lebih lanjut, BEI juga mengenakan Auto Reject Atas (ARA) dan Auto Rejection Bawah (ARB) terhadap order saham yang mencapai level harga tertentu.
“Semuanya ini bertujuan untuk perlindungan investor," kata Kristian.
Dia menyampaikan pihaknya melakukan pemantauan atas seluruh transaksi, tindakan pengawasan, pemeriksaan dan melakukan koordinasi pengawasan transaksi bersama Self-Regulatory Organization (SRO) dan Otoritas Jasa Keuangan (OJK).
Lebih lanjut, BEI akan melakukan edukasi dan sosialisasi melalui berbagai media kepada investor, supaya investor memahami berbagai hal yang harus diperhatikan dalam bertransaksi sebagai upaya untuk melindungi investor.
“Untuk menyemarakkan pasar, bursa menambah perusahaan tercatat, mengembangkan produk produk investasi dan tetap mengawasi pasar agar berjalan teratur, wajar dan efisien,” kata Kristian.
Sebelumnya, Presiden Joko Widodo berharap aksi menggoreng saham Gautam Adani di India tidak terulang di pasar modal Indonesia, yang mana kasus mikro tersebut berdampak besar terhadap perekonomian negara.
“Satu perusahaan Adani kehilangan 120 miliar dolar AS, hilang. Dirupiahkan Rp1.800 triliun. Hati-hati mengenai ini, pengawasan, pengawasan, pengawasan. Jangan sampai ada yang lolos seperti itu karena goreng-gorengan Rp1.800 triliun,” ujar Presiden Jokowi.
Akibat kejadian tersebut, kekayaan Adani menyusut 64,7 miliar dolar AS dalam 10 hari, dan bursa saham India pun langsung bergejolak.
Meruginya Rp1.800 triliun aset Adani Group membuat seperempat Produk Domestik Bruto (PDB) India hilang, sehingga menyebabkan mata uang rupee jatuh.
“Sehingga dilihat betul mana yang suka menggoreng. Kalau goreng-goreng (saham) pas dapet, ya, enak tapi kalau kepeleset seperti tadi saya sampaikan Adani di India,” ujar Jokowi.
Baca juga: Waspada, jangan tergiur "pompom" saham ala influencer
Baca juga: Jaga pasar dari aksi "goreng" saham
Baca juga: IHSG menguat jelang rilis data cadangan devisa
Pewarta: Muhammad Heriyanto
Editor: Faisal Yunianto
Copyright © ANTARA 2023