"Pemerintah Provinsi NTT sangat berterima kasih kepada lembaga Prisma dan AIHSP lembaga kemitraan Indonesia-Australia dalam bidang ketahanan kesehatan yang telah memberikan bantuan tiga unit alat deteksi virus ASF di NTT," kata Wakil Gubernur NTT Josef A. Nae Soi di Kupang, Selasa.
Sebanyak tiga unit alat deteksi virus melalui Prisma, lembaga kemitraan Australia-Indonesia dan AIHSP, lembaga ketahanan kesehatan Australia akan digunakan untuk mendeteksi virus ASF atau demam Babi Afrika yang akan ditempatkan di tiga lokasi, yaitu Pulau Flores, Timor, dan Sumba guna mendukung Dinas Peternakan dalam pemeriksaan sampel dugaan virus ASF.
Dia menjelaskan babi jenis ternak yang dibutuhkan masyarakat NTT karena erat kaitan dengan kegiatan budaya sehingga upaya pencegahan penularan ASF penting.
Pemerintah NTT berterima kasih kepada pemerintah Australia melalui lembaga Prisma dan AIHSP yang telah memberikan bantuan tiga unit alat pemeriksaan virus ASF. Bantuan itu senilai Rp1,4 miliar.
"Setelah adanya tiga alat ini maka pemeriksaan sampel untuk pendeteksian virus ASF menjadi lebih mudah, sehingga upaya pencegahan penularan virus ASF lebih cepat dilakukan," kata Josef.
Direktur Program Kemitraan Indonesia-Australia dalam bidang ketahanan kesehatan (AIHSP) Jhon Leigh mengatakan peningkatan kasus penularan ASF yang signifikan di beberapa kabupaten di NTT.
Dia menjelaskan penyakit ini merupakan virus yang menular, sedangkan NTT provinsi yang memiliki populasi ternak babi terbesar di Indonesia.
Baca juga: Pemkab Nagekeo perketat pengawasan lalu lintas ternak cegah ASF
Ia mengatakan penularan virus ASF pertama kali menimpa ternak babi di NTT pada 2020 yang menyebabkan puluhan ribu babi mati sehingga merugikan peternak di daerah ini.
"Penularan virus ASF yang begitu cepat tentu secara ekonomi merugikan para peternak babi di NTT," katanya.
Dia mengatakan belum ada vaksin untuk mencegah penyebaran virus ASF sehingga salah satu upaya pencegahan dengan melakukan deteksi dini melalui diagnosa penyakit secara akurat.
"Diagnosa lebih awal yang cepat dan akurat sangat membantu pemerintah dalam mengambil keputusan sebagai upaya penanganan penularan ASF," tegasnya.
Pemprov NTT selama ini kesulitan dalam penanganan kasus ASF dengan cepat karena harus mengirimkan sampel virus ASF untuk dilakukan pemeriksaan di Bali sehingga membutuhkan waktu lama untuk mendapatkan hasilnya.
Dia berharap, dengan adanya tiga alat diagnostik LAMP bisa membantu pemprov setempat dalam penanganan penularan ASF secara lebih cepat.
Baca juga: Virus "African Swine Fever" serang puluhan babi hutan di OKU-Sumsel
Baca juga: Menahan laju penyebaran virus ASF di NTT
Baca juga: Kematian babi di NTT akibat virus ASF capai 22.000-an
Pewarta: Benediktus Sridin Sulu Jahang
Editor: M. Hari Atmoko
Copyright © ANTARA 2023