Tianjin (ANTARA) - Setelah menyelesaikan pemeriksaan fisik dan memberikan sampel darah, pendonor darah asal Australia Peter Mecoy (58) dengan cekatan menggulung lengan bajunya, melihat perawat memasukkan jarum ke lengannya, dan menunggu putaran donasi darahnya.
"Saya cukup paham dengan proses donasi darah di sini," kata Peter.
Peter telah menjadi sukarelawan donor darah yang menyumbangkan darah dan platelet darahnya hampir setiap 15 hari selama hampir 15 tahun di Kota Tianjin, China.
"Saya tinggal di China selama separuh hidup saya. China adalah rumah saya. Penduduk China sudah seperti saudara saya. Membantu keluarga adalah perbuatan yang benar, bukan?" kata Peter.
Dia berharap darahnya dapat bermanfaat bagi orang lain, seperti ibu melahirkan atau warga lanjut usia yang akan menjalani operasi.
"Mungkin darah saya bisa membantu para ibu yang melahirkan bayi atau warga lanjut usia yang menjalani operasi. Saya sangat senang bisa membantu," tambahnya.
Di 1992, Peter berganti pekerjaan dan untuk pertama kalinya menginjakkan kaki di Tianjin. Dengan cepat, dia pun jatuh cinta pada kota metropolitan yang memiliki perpaduan budaya China dan Barat itu. Penduduk China yang sederhana, ramah, dan pekerja keras sangat menyentuh hatinya.
"Penduduk China berteman lebih dahulu dengan kami. Teman saling bekerja sama. Hubungan ini tidak seperti 'saya beruntung, Anda merugi', tetapi saling menguntungkan dan mencari cara untuk maju bersama," jelasnya.
Secara kebetulan, dia melihat selebaran berbahasa Mandarin dan Inggris tentang donasi darah pada 2008. Tanpa banyak menunda, dia pun langsung mendonasikan darahnya di sebuah fasilitas bank darah keliling terdekat di China untuk pertama kalinya.
Awalnya, Peter memilih untuk mendonasikan darahnya secara lengkap setiap semester. Kemudian, dia mengetahui bahwa donasi platelet darah dapat dilakukan setiap dua pekan. Dia pun menjadi pendonor darah rutin di Pusat Darah Tianjin.
"Ketika saya pertama kali bertemu Peter, saya masih seorang pemula. Saya merasa sangat gugup saat mengambil darah. Peter menyuruh saya untuk santai. Kata-katanya tersebut menyemangati saya," kata Li Mantong, seorang perawat di Pusat Darah Tianjin.
Peter juga mendapat julukan sebagai "Manusia Panda" karena golongan darahnya disebut sebagai "darah panda", suatu golongan darah yang langka di China.
"Itu membuat saya merasa sangat berarti untuk terus mendonasikan darah," kata Peter.
Peter telah menyumbangkan darah dan platelet darah sebanyak lebih dari 270 kali atau setara dengan lebih dari 420.000 mililiter darah dalam volume terapeutik. Angka tersebut sekitar 90 kali lebih banyak dari jumlah darah pada orang dewasa dan dapat memastikan penggunaan darah klinis untuk banyak orang.
Setiap selesai menyumbangkan darahnya, Peter akan mendapatkan sertifikasi donasi darah.
"Saya mendapatkan setumpuk sertifikat yang menjadi saksi pengalaman donasi darah saya. Sertifikat-sertifikat itu adalah hadiah paling berharga bagi saya," katanya.
Menurut peraturan di Tianjin, Peter tidak bisa lagi mendonasikan darah saat mencapai usia 60 tahun. Oleh karena itu, dia sangat menghargai setiap kesempatan untuk mendonasikan darah.
"Saya ingin menyumbang darah sebanyak mungkin dan berharap dapat menarik lebih banyak orang untuk bergabung dengan tim sukarelawan," imbuhnya.
Peter memiliki sebuah grup di aplikasi WeChat berisi puluhan warga asing yang ingin menjadi donor darah.
"Teman-teman saya berasal dari berbagai penjuru dunia. Tidak masalah jika Bahasa Mandarin mereka bagus atau tidak. Saya akan membantu mereka selama mereka mau mendonasikan darah. Saya bisa mengajari mereka prosesnya langkah demi langkah," katanya.
Baru-baru ini, Peter memenangkan penghargaan nasional dari Pemerintah China berkat keaktifannya menjadi pendonor darah.
"Jika seseorang mengetahui kisah saya dan menjadi donor darah untuk membantu lebih banyak orang yang membutuhkan, saya akan merasa semakin bahagia," ujar Peter Mecoy.
Pewarta: Xinhua
Editor: Fransiska Ninditya
Copyright © ANTARA 2023