Jakarta (ANTARA) - Institute for Energy Economics and Financial Analysis (IEEFA) menilai pengembangan kendaraan listrik (electric vehicle/EV) di Indonesia saat ini belum sesuai dengan arah bisnis dari para pemain di industri otomotif.

Hal itu sebagaimana laporan IEEFA yang menganalisis perusahaan yang menguasai mayoritas pasar Indonesia dan bagaimana langkah bisnis mereka dapat mempengaruhi ekspansi EV di dalam negeri.

Laporan IEEFA juga menyoroti lima produsen yang menguasai 92 persen pasar kendaraan roda empat ringan (4W), yaitu Honda, Mitsubishi, Suzuki, Toyota, dan anak perusahaan Daihatsu.

"Rencana elektrifikasi dari pemain industri yang lamban dikombinasikan dengan dominasi pasar mereka dapat menjadi hambatan besar bagi ambisi Indonesia. Para pemain otomotif banyak menekankan pentingnya memberi pilihan kendaraan bagi konsumen, namun opsi "all-electric" dari mereka hampir tidak bisa ditemukan," kata analis energi IEEFA sekaligus penulis laporan tersebut Putra Adhiguna saat peluncuran laporan "Electrifying Indonesia's Road Transport" di Jakarta, Senin.

Lebih lanjut, ia mengungkapkan konsentrasi pasar kendaraan roda dua (2W) saat ini bahkan lebih kuat di mana dua merek masing-masing Honda dan Yamaha menguasai 96 persen pasar. Namun, rencana elektrifikasi kendaraan mereka juga sangat jauh dari potensi perusahaan-perusahaan tersebut.

Laporan IEEFA juga merujuk pada target agresif yang ditetapkan Indonesia dengan 13 juta motor listrik dan 2,2 juta mobil listrik pada tahun 2030. Namun, realisasi itu masih tertinggal di belakang beberapa negara tetangga ASEAN lainnya.

Ia menilai kompetisi dengan Thailand dalam mobil listrik semakin ketat sementara Vietnam telah lebih sukses mendorong penggunaan motor listrik di depan Indonesia.

Menurut dia, dengan kenaikan impor minyak dan subsidi BBM yang kerap fluktuatif, EV dapat membantu menahan laju peningkatan konsumsi BBM dan menurunkan emisi "life-cycle", bahkan dalam sistem kelistrikan yang didominasi batu bara seperti Indonesia saat ini.

"Hal tersebut tentunya harus dibarengi dengan komitmen kuat Indonesia untuk menghijaukan sektor kelistrikannya," ujar Putra.

ia mengatakan para pemangku kepentingan harus meminta industri otomotif untuk menyelaraskan arah bisnis mereka dengan kepentingan nasional untuk kendaraan yang lebih efisien, rendah emisi, dan bergerak menuju ke industri EV masa depan.

Menurut dia, para industri otomotif juga dapat berpotensi membantu menurunkan ketergantungan sektor transportasi terhadap impor BBM.

"Untuk mendorong peralihan mereka, pemerintah dapat mempertimbangkan memfasilitasi melalui akses sumber daya dan kebijakan yang sesuai dengan prasyarat tegas bahwa mereka menyelaraskan tujuan dengan ambisi kendaraan listrik Indonesia," tuturnya.

Baca juga: Anggota DPR: Lima ekosistem untuk kembangkan kendaraan listrik
Baca juga: Kemenperin semangati industri otomotif kembangkan kendaraan listrik
Baca juga: Kendaraan listrik China bersinar di ajang Swedish eCarExpo 2023

Pewarta: Benardy Ferdiansyah
Editor: Biqwanto Situmorang
Copyright © ANTARA 2023